kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.707.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Bitcoin Masih Dibayangi Tekanan Koreksi, Apakah akan Jatuh ke US$ 86.000?


Kamis, 20 Februari 2025 / 17:16 WIB
Bitcoin Masih Dibayangi Tekanan Koreksi, Apakah akan Jatuh ke US$ 86.000?
ILUSTRASI. Bitcoin (BTC) kembali mengalami pemulihan setelah sempat merosot ke level US$93.000 pada Selasa. Meskipun demikian, tekanan jual masih tinggi


Sumber: CoinDesk | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin (BTC) kembali mengalami pemulihan setelah sempat merosot ke level US$93.000 pada Selasa. Meskipun demikian, tekanan jual masih tinggi dan membuka potensi koreksi lebih dalam hingga mencapai US$86.000, menurut analisis dari CryptoQuant.

Faktor-faktor seperti menurunnya permintaan, aktivitas blockchain yang melemah, serta minimnya arus likuiditas ke dalam pasar kripto menjadi penyebab utama yang dapat mendorong harga BTC lebih rendah.

Penurunan Permintaan Bitcoin dan Kelangkaan Arus Modal Baru

Permintaan terhadap Bitcoin mengalami lonjakan pada akhir 2024, seiring dengan optimisme pasar terhadap hasil pemilu yang memenangkan Donald Trump. Namun, tren ini kini berbalik arah. Data CryptoQuant menunjukkan bahwa pertumbuhan permintaan Bitcoin anjlok dari puncaknya di 279.000 BTC pada 4 Desember menjadi hanya 70.000 BTC baru-baru ini.

Baca Juga: Dampak Kebijakan Pro-Kripto Donald Trump dalam 30 Hari Pertamanya sebagai Presiden AS

Selain itu, aliran dana masuk ke ETF Bitcoin spot, yang sebelumnya menjadi pendorong utama reli harga BTC, kini menghilang. Selama dua minggu terakhir, pasar mencatat arus keluar bersih secara konsisten setelah sebelumnya sempat mencatat pembelian harian sebesar 18.000 BTC pada November dan Desember 2024.

Sinyal lain dari melemahnya permintaan juga terlihat pada Inter-exchange Flow Pulse dari CryptoQuant, yang mengukur pergerakan BTC antar bursa. BTC yang ditransfer ke Coinbase—indikator utama permintaan di pasar spot AS—mengalami penurunan hingga berada di bawah rata-rata pergerakan 90 hari.

Pertumbuhan Stablecoin Melambat, Likuiditas Pasar Melemah

Stablecoin, yang sering digunakan sebagai bahan bakar dalam reli pasar kripto, juga mengalami perlambatan. Meskipun kapitalisasi pasar stablecoin baru-baru ini mencapai rekor tertinggi di atas US$200 miliar, laju pertumbuhannya mengalami perlambatan signifikan.

Perubahan rata-rata 60 hari dalam kapitalisasi pasar USDT—stablecoin terbesar—turun lebih dari 90% sejak pertengahan Desember, dari lebih dari US$20 miliar menjadi hanya US$1,5 miliar. Penurunan ini mengindikasikan kurangnya modal segar yang masuk ke dalam ekosistem kripto.

Baca Juga: Robert Kiyosaki Peringatkan Potensi Krisis Ekonomi Besar dan PHK Massal

Aktivitas Blockchain Bitcoin Melemah, Sinyal Koreksi Tambahan?

CryptoQuant juga mengidentifikasi bahwa aktivitas jaringan Bitcoin telah jatuh ke level terendah dalam satu tahun terakhir.

Indeks Aktivitas Jaringan Bitcoin mencatat penurunan sebesar 17% dari puncaknya pada November 2024 dan kini telah berada di bawah rata-rata pergerakan 365 hari untuk pertama kalinya sejak Juli 2021—periode ketika China melarang aktivitas penambangan BTC.

Penurunan jumlah transaksi menunjukkan menurunnya keterlibatan investor dan meredupnya minat spekulatif terhadap aset digital ini. Jika tren ini berlanjut, maka Bitcoin berisiko mengalami tekanan jual yang lebih besar.

Bitcoin Berpotensi Menemukan Titik Terendah

Setelah mencetak rekor baru di US$109.000 pada Januari akibat optimisme pasar atas kepresidenan Trump, Bitcoin kesulitan mempertahankan momentum dan saat ini berada dalam kisaran sempit di atas US$90.000.

Sementara itu, sentimen pasar kripto secara umum juga mengalami tekanan akibat maraknya peluncuran memecoin kontroversial, seperti TRUMP memecoin dan LIBRA, yang menyerap banyak modal spekulatif.

Baca Juga: Simak Kinerja Pilihan Investasi Robert Kiyosaki pada 2025

Menurut analis teknikal Bob Loukas, Bitcoin kemungkinan telah memasuki fase akhir dari siklus mingguan korektifnya. Ia menyebut bahwa BTC dapat segera menemukan titik terendah, meskipun ada kemungkinan harga bisa menembus batas bawah US$90.000 sebelum pemulihan lebih lanjut terjadi.

"Pertanyaannya bukan apakah level US$90.000 bisa bertahan atau tidak, tetapi lebih ke arah bagaimana proses reset sentimen ini terjadi," kata Loukas dalam sebuah posting di X (Twitter).

Dengan kombinasi faktor fundamental dan teknikal yang kurang mendukung, pasar Bitcoin masih berada dalam fase yang penuh ketidakpastian. Jika tekanan jual terus berlanjut, maka level US$86.000 dapat menjadi target koreksi berikutnya sebelum Bitcoin kembali mencoba mengukir tren bullish baru.

Selanjutnya: Menn Teknologi (MENN) Umumkan Perubahan Pengendali, Sahamnya Melesat 28% Sepekan

Menarik Dibaca: FedEx Perkenalkan Collaborative Shipping Tool untuk Meningkatkan Proses Impor



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×