Sumber: Yahoo News | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Pyongyang kini menemukan musuh baru bagi kemurnian sosialismenya — bukan latihan militer Korea Selatan, bukan juga infiltrasi budaya pop. Musuh yang dianggap paling berbahaya bagi Kim Jong Un kali ini hanyalah kalimat “I love you.”
Menurut laporan Daily NK seperti yang dilansir Yahoo News, otoritas Korea Utara telah mengategorikan ungkapan cinta romantis sebagai produk impor beracun dari dunia Barat, terutama dari Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Pemerintah kini meluncurkan kampanye ideologis besar-besaran untuk menumpas penggunaan frasa itu serta segala perilaku yang dianggap “tidak sosialistis” dan “anti-revolusioner.”
Anggap saja ini semacam aturan perang untuk urusan hati, langsung dari Jenderal Tertinggi Kim Jong Un sendiri.
Selama bertahun-tahun, banyak warga Korea Utara diam-diam mengonsumsi media Korea Selatan dan Barat — dari drama, musik K-pop, hingga film romantis — lewat USB yang diselundupkan dari Cina. Tindakan ini sangat berisiko: hukuman tertinggi adalah mati bila tertangkap menggunakan konten asing.
Konflik terbaru bermula dari inspeksi mendadak terhadap ponsel dan barang pribadi anggota Socialist Patriotic Youth League di sebuah pabrik di Hamhung. Dalam razia itu, pejabat menemukan surat cinta dengan tulisan “I love you” dan “The only thing I think of is you.”
Baca Juga: Jelang 80 Tahun Partai Buruh, Kim Jong Un Serukan Kesetiaan Baru pada Sosialisme
Aparat ideologis menyebut surat itu sebagai bukti gaya hidup dekaden yang dipengaruhi pandangan cinta kapitalistik, lalu segera menggelar “sesi perjuangan ideologis”.
Penulis surat dipaksa melakukan self-criticism di depan rekan-rekan seorganisasi — hukuman standar untuk kesalahan ideologis kecil di Korea Utara.
“Dia cuma menuliskan perasaannya yang tak bisa diungkapkan secara lisan, tapi pejabat membuatnya jadi masalah besar,” kata sumber Daily NK. “Teman-temannya yang menonton tampak jijik — seperti mengunyah mentimun busuk.”
Pandangan itu sejalan dengan kesaksian Yeonmi Park, pembelot asal Korea Utara yang kini tinggal di AS. Dalam wawancara tahun 2021 dengan mantan PM Australia John Anderson, ia mengatakan:
“Saya tidak pernah mendengar ibu saya berkata dia mencintai saya. Tidak pernah juga mendengar orang tua saya saling mengatakan cinta. Satu-satunya waktu kami boleh menggunakan kata ‘cinta’ adalah untuk menggambarkan perasaan terhadap Sang Pemimpin.”
Cinta dan hubungan asmara di Korea Utara memang dikontrol ketat. Pacaran dianggap bisa mengganggu produktivitas kerja dan berpotensi melemahkan kesetiaan terhadap negara. Bahkan, pendidikan seksual hampir tidak ada — banyak anak muda tidak tahu dari mana bayi berasal.
Tonton: Prabowo ke China, Bakal Ketemu Xi Jinping, Putin dan Kim Jong Un
“Di Korea Utara tidak ada kata untuk ‘love’ dalam konteks manusia,” ujar Park. “Karena pemerintah tidak ingin rakyat mencintai siapa pun selain Pemimpin Tercinta. Tidak ada lamaran, tidak ada kata ‘romantis’. Pernikahan pun bukan soal cinta, tapi untuk memuliakan revolusi partai.”
Dengan kata lain, Kim Jong Un resmi mendeklarasikan perang terhadap cinta itu sendiri — terutama cinta yang tak bisa dikontrol oleh negara.