Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Bursa saham Asia bergerak menguat tipis pada Selasa (15/4), didorong oleh kenaikan saham sektor otomotif setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengisyaratkan kemungkinan pengecualian tarif terhadap impor otomotif yang selama ini berlaku.
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS stabil setelah sempat pulih dari aksi jual besar pekan lalu. Dolar AS juga terus kehilangan daya tarik di mata investor.
Trump pada Senin (14/4) mengatakan sedang mempertimbangkan untuk mengubah tarif 25% atas impor mobil dan suku cadang dari Meksiko, Kanada, dan negara lainnya.
Baca Juga: Harga Emas Spot Menguat ke US$3.221,70 Menuju Tengah Hari Selasa (15/4)
Ia mengungkapkan bahwa produsen mobil "perlu sedikit waktu karena mereka akan memproduksi di sini (AS)."
Sebelumnya, pada Jumat lalu, AS juga mengecualikan smartphone, komputer, dan sejumlah barang elektronik lainnya dari tarif "resiprokal" yang diumumkan Trump.
Namun, di saat bersamaan, pemerintah justru memperluas penyelidikan atas impor semikonduktor, dengan Trump mengatakan tarif sektor ini akan diumumkan dalam sepekan ke depan.
“Ketika kami mulai melihat beberapa pengecualian tarif diberikan pada sektor tertentu, pasar mulai melihat bahwa kebijakan tarif ini tidak akan berlaku secara menyeluruh, dan mungkin akan ada pelonggaran,” ujar Iliana Jain, ekonom di Westpac.
Investor menyambut kabar baik ini dengan kenaikan tipis di pasar saham, setelah aksi jual besar-besaran minggu lalu.
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,3%.
Indeks Nikkei Jepang menguat 1%, dengan saham-saham otomotif seperti Toyota dan Denso menjadi penopang utama.
Baca Juga: IHSG Melaju 1,22% Mengawali Perdagangan Selasa (15/4), Seiring Bursa Asia Menguat
Namun, penguatan pasar masih dibayangi ketidakpastian kebijakan perdagangan Trump, termasuk sikapnya yang sering berubah-ubah terkait tarif, yang terus menciptakan kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global.
Futures AS berfluktuasi antara untung dan rugi, dengan Nasdaq dan S&P 500 futures masing-masing turun sekitar 0,2%. Di Eropa, EUROSTOXX 50 futures turun 0,14%, sedangkan FTSE futures naik 0,25%.
Investor juga menanti laporan keuangan sejumlah emiten besar pekan ini, termasuk Bank of America dan Citigroup. Laporan dari produsen chip TSMC juga menjadi sorotan utama.
Di China, indeks CSI300 dan Shanghai Composite terkoreksi lebih dari 0,4%, sementara indeks Hang Seng Hong Kong berbalik turun 0,16% setelah sempat menguat di awal sesi.
“Secara margin, ketidakpastian dan perubahan ulang sistem perdagangan global bersifat inflasioner serta mengindikasikan perlambatan pertumbuhan,” kata Bharat Sachanandani, Kepala Strategi Aliran Dana Asia Pasifik di Societe Generale.
“Pasar aset menunjukkan bahwa kenaikan harga bagi konsumen AS akan mengarah pada penurunan permintaan, dan probabilitas resesi meningkat.”
Baca Juga: Bursa Asia Menguat Selasa (15/4) Pagi, Ditopang Reli Saham Teknologi Wall Street
Pasar Obligasi AS
Obligasi pemerintah AS mempertahankan penguatan dari sesi sebelumnya setelah pekan lalu mengalami aksi jual terbesar dalam beberapa dekade, yang menyebabkan lonjakan imbal hasil. Harga obligasi dan imbal hasil bergerak berlawanan arah.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun stabil di level 4,3564%, setelah turun hampir 13 basis poin pada perdagangan sebelumnya.
Obligasi tenor dua tahun juga nyaris tak berubah di 3,8450% setelah anjlok 12 basis poin pada Senin.
Beberapa analis menilai komentar Gubernur The Fed Christopher Waller turut berkontribusi pada penurunan imbal hasil.
Ia menyebut kebijakan tarif Trump sebagai “guncangan besar” bagi ekonomi AS dan membuka kemungkinan pemangkasan suku bunga meskipun inflasi masih tinggi.
Presiden The Fed Bank of Atlanta Raphael Bostic juga menyarankan bank sentral untuk menahan suku bunga sampai ada kejelasan lebih lanjut.
Pasar kini memperkirakan akan ada pelonggaran suku bunga sebesar 85 bps hingga akhir tahun, dengan sebagian besar memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga pada pertemuan berikutnya.
Baca Juga: Ancaman Terbaru Trump: Tarif Impor Chip Semikonduktor Segera Diberlakukan
Mata Uang dan Komoditas
Di pasar valas, dolar AS bertahan dekat level terendah tiga tahun terhadap euro di US$1,13245 dan mendekati posisi terlemahnya dalam satu dekade terhadap franc Swiss.
"Perilaku dolar AS kini berubah – bukan lagi merespons selisih suku bunga, tetapi lebih pada aliran modal," kata Sachanandani dari SocGen.
“Dolar tidak menyukai prospek turunnya profitabilitas perusahaan AS, meningkatnya inflasi bagi konsumen, serta merosotnya minat investor asing terhadap aset AS.”
Harga minyak naik seiring sentimen positif dari pengecualian tarif terbaru. Kontrak Brent naik 0,2% menjadi US$65,01 per barel, sementara WTI menguat 0,24% ke US$61,68.
Harga emas spot bertahan dekat rekor tertinggi di US$3.221,45 per ons troi.