Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham Eropa ditutup menguat pada Jumat (26/9), mengabaikan pengumuman tarif baru dari Presiden AS Donald Trump yang sempat mengguncang bursa Asia. Indeks Stoxx 600 naik 0,5% pada awal perdagangan, dipimpin oleh sektor industri dan keuangan.
Di kawasan utama, DAX Jerman bertambah 0,5%, sementara FTSE 100 London menguat 0,4%.
Trump sebelumnya mengumumkan rencana pengenaan tarif baru, antara lain 100% bea masuk untuk obat bermerek impor, 25% tarif pada truk berat, serta 50% tarif pada lemari dapur.
Saham Farmasi Eropa Sempat Tekanan
Keputusan tersebut memicu tekanan pada saham perusahaan farmasi besar Eropa. Saham Roche dan Novo Nordisk sempat turun sekitar 2% sebelum akhirnya pulih dan kembali ke zona hijau.
Selain sektor farmasi, Trump juga menyebut akan memberlakukan 50% tarif pada vanity kamar mandi dan 30% tarif pada furnitur berlapis. Semua tarif baru ini akan berlaku mulai 1 Oktober 2025.
Baca Juga: Trump Klaim Korea Selatan dan Jepang Bayar Investasi Secara Kontan di Muka
Namun, belum ada kejelasan apakah tarif tersebut akan diberlakukan di atas tarif nasional yang sudah ada, atau apakah negara-negara dengan kesepakatan dagang seperti Uni Eropa dan Jepang akan mendapat pengecualian.
Investor Anggap Tarif Sudah Terefleksi di Pasar
Menurut Daniel Hughes, manajer investasi di Premier Miton, pengumuman tarif baru sebenarnya sudah diantisipasi pasar. “Fakta bahwa indeks Eropa dibuka menghijau menunjukkan tarif ini sudah priced in,” ujarnya.
Meski demikian, data ekonomi AS yang lebih baik dari perkiraan membuat investor di Wall Street berhati-hati. Hal ini karena ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed mulai berkurang menjelang rilis data inflasi.
Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed Menyusut
Data terbaru pada Kamis menunjukkan ekonomi AS masih cukup solid, dengan pesanan barang tahan lama meningkat dan revisi naik pada pertumbuhan GDP. Kondisi ini memperkuat dolar dan menekan ekspektasi pemangkasan suku bunga.
Saat ini, pelaku pasar hanya memperkirakan sekitar 39 basis poin pemangkasan suku bunga hingga akhir 2025, turun dari lebih dari 40 bps sebelumnya. Bahkan sebagian analis menilai peluang hanya sekitar empat kali pemangkasan hingga akhir 2026.
Meski sebagian besar pejabat The Fed tetap berhati-hati, pejabat baru Stephen Miran mendorong pemangkasan tajam guna mencegah melemahnya pasar tenaga kerja.
Baca Juga: Saham Farmasi Asia dan Eropa Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif 100% untuk Obat Branded
Dolar Menguat, Obligasi dan Komoditas Bergerak Campuran
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun bergerak di 4,1872%, setelah sempat mendekati 4% pekan lalu.
Sementara itu, indeks dolar AS melemah tipis namun masih mencatatkan kenaikan mingguan sekitar 0,7%. Yen Jepang tertekan di level 150 per dolar dan menuju pelemahan mingguan lebih dari 1%. Euro diperdagangkan di kisaran $1,1673.
Di pasar komoditas, harga minyak mencatat kenaikan mingguan terbesar dalam tiga bulan terakhir. Brent crude stabil di $69,46 per barel, sedangkan WTI naik 0,3% menjadi $65,15 per barel.
Harga emas spot turun 0,1% ke level $3.745,53 per ons, dipengaruhi penguatan dolar dan naiknya imbal hasil obligasi.