Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah memberi tahu Kongres tentang kemungkinan penjualan torpedo ke Taiwan dengan nilai US$ 180 juta (Rp 2,66 triliun).
Ini sebuah langkah yang kemungkinan akan semakin memanaskan hubungan yang sudah tegang antara Washington dan Beijing, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayah China.
AS, seperti sebagian besar negara lain, tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, tetapi terikat oleh hukum untuk memberi pulau demokrasi itu sarana untuk mempertahankan diri.
Baca Juga: Ingin dialog dengan China, tapi Taiwan tolak syarat satu negara dua sistem
China pun secara rutin mengecam penjualan senjata AS ke Taiwan.
Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan AS (DSCA) mengatakan, Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui kemungkinan penjualan sebanyak 18 topedo MK-48 Mod6 Advanced Technology Heavy Weight dan peralatan terkait senilai US$ 180 juta.
"Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan memberikan sertifikasi yang diperlukan untuk memberi tahu Kongres tentang kemungkinan penjualan tesebut," kata DSCA, Rabu (20/5), seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: China: Kami tidak beri ruang untuk kegiatan separatis kemerdekaan Taiwan
Menurut DSCA, penjualan torpedo itu untuk melayani kepentingan nasional, ekonomi, dan keamanan AS, dengan mendukung "upaya berkelanjutan Taiwan untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya dan mempertahankan kemampuan pertahanan yang kredibel".
Pengumuman penjualan torpedo itu keluar pada hari yang sama pelaantikan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen untuk masa jabatan keduanya, dengan mengatakan, dia sangat menolak klaim kedaulatan China.
China menjawab pernyataan Tsai itu dengan menyatakan, "penyatuan kembali" tidak bisa dihindari dan tidak akan pernah mentolerir kemerdekaan Taiwan.
Baca Juga: Kapal Induk AS Theodore Roosevelt akan berlayar pekan depan tantang provokasi China
China telah meningkatkan latihan militernya di dekat Taiwan sejak Tsai memenangkan pemilihan presiden pada Januari lalu. Tiongkok menerbangkan jet tempur ke ruang udara pulau itu dan kapal perang mereka berlayar di sekitar Taiwan.
China memandang Tsai sebagai separatis yang bertekad meraih kemerdekaan formal untuk Taiwan. Tsai mengatakan, Taiwan adalah negara merdeka yang dia sebut sebagai Republik China, dan tidak ingin menjadi bagian dari Republik Rakyat Tiongkok.