kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

China berada di ujung krisis finansial?


Senin, 03 September 2012 / 06:00 WIB
China berada di ujung krisis finansial?
ILUSTRASI. Sheet Mask Korea


Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

BEIJING. Perekonomian global belum menunjukkan sinyal positif. Selain Eropa, salah satu indikasi perlambatan ekonomi global adalah melempemnya pertumbuhan ekonomi China.

Saat ini, perekonomian China menunjukkan tanda-tanda kemunduran mulai dari sektor manufaktur hingga sektor perbankan. Tak ayal, spekulasi negatif mulai bermunculan. Salah satunya, Perdana Menteri China Wen Jiabao tidak akan mampu mencapai target pertumbuhan untuk kali pertama memerintah sejak 2003 lalu.

Hasil survei pemerintah yang dirilis 1 September menunjukkan, tingkat manufaktur China secara tidak terduga mengalami kontraksi untuk pertama kali dalam sembilan bulan terakhir pada Agustus, yang diakibatkan penurunan pemesanan. Data ini semakin menguatkan bukti pelemahan ekonomi Negeri Panda setelah terjadi penumpukan stok karet yang mendekati rekor tertinggi pada pelabuhan utama China. Selain itu, dari sektor finansial, terjadi peningkatan kredit macet sebesar 27% terhadap pinjaman jatuh tempo dari lima bank besar pada semester pertama 2012.

Sekadar informasi, China belum pernah gagal untuk melampaui target pertumbuhan tahunan Partai Komunis sejak pergolakan krisis finansial Asia pada 1998 silam. Ketidakberhasilan dalam mencapai target tahun ini akan mempersulit serah terima tampuk kepemimpinan. Penentu kebijakan pada tahun ini menahan untuk menggelontorkan stimulus dengan tujuan untuk menghindari ledakan pasar properti dan menghindari peningkatan kredit macet.

Chief China Economist Australia & New Zealand Banking Group Ltd di Hong Kong menilai, jika pemerintah tidak segera merespon kondisi saat ini melalui kebijakan baru, maka tingkat Produk Domestik Bruto China akan melorot di bawah target. "Dan bukan tidak mungkin pemerintahan sekarang akan menyerahkan perekonomian yang memburuk pada pemerintahan selanjutnya," jelasnya.

Dia menambahkan, salah satu kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah adalah memangkas tingkat Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan dengan lebih agresif untuk merevitalisasi perekonomian. "Jika kita memangkas GWM secepatnya, mala pertumbuhan kuartal IV akan membaik," analisanya.

Bisa memicu krisis finansial

Liu juga menyebut, jika pertumbuhan perekonomian China jatuh di bawah 7%, hal itu berpotensi menyebabkan tekanan hebat pada sistem finansial. Bahkan tidak menutup kemungkinan terjadi krisis finansial jika pemerintah lokal kehabisan dana tunai. "Pembangunan infrastruktur akan terhenti, yang juga akan menyeret industri alat-alat berat dan sistem perbankan pada akhirnya," paparnya.

Liu memangkas estimasi pertumbuhan tahun ini dari sebelumnya 8,2% menjadi 7,8% setelah dirilisnya data manufacturing purchasing managers index. Pada Agustus, indeks tersebut jatuh ke posisi 49,2 dari posisi 50,1 pada Juli.

ANZ bukan merupakan satu-satunya bank yang menurunkan estimasi pertumbuhan China. Sebelumnya, Mizuho Securities Asia Ltd sudah terlebih dulu memangkas proyeksinya dari 8,1% menjadi 7,6% pada 31 Agustus. Sedangkan Bank of America Corp sudah memangkas estimasinya pada bulan lalu menjadi 7,7% dari sebelumnya 8%.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×