Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pada Senin (31/10/2023), para panglima militer China dan Rusia menargetkan Amerika Serikat di forum keamanan di Beijing.
Melansir Reuters, Forum Xiangshan, acara diplomasi militer tahunan terbesar China, sudah dimulai pada hari Minggu tanpa menteri pertahanan Tiongkok yang biasanya menjadi tuan rumah acara tersebut. Akan tetapi, delegasi AS turut hadir dalam forum tersebut.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu memperingatkan negara-negara Barat bahwa keterlibatannya dalam perang Ukraina menimbulkan bahaya besar.
“Eskalasi konflik dengan Rusia yang terus terjadi di Barat membawa ancaman bentrokan militer langsung antara kekuatan nuklir, yang penuh dengan konsekuensi bencana,” kantor berita Rusia TASS mengutip pernyataan Shoigu di forum tersebut.
Media pemerintah Rusia itu juga melaporkan, Shoigu mengatakan Barat bermaksud menimbulkan kekalahan strategis terhadap Rusia dalam apa yang disebutnya perang hibrida. Di sisi lain, dia memuji hubungan Rusia-China sebagai teladan.
Sementara itu, kritikan kepada AS juga datang dari China. Zhang Youxia, wakil ketua Komisi Militer Pusat Tiongkok di bawah Presiden Xi Jinping, menyampaikan kritik terselubung terhadap Amerika Serikat dan sekutunya, dengan menuduh beberapa negara berusaha melemahkan pemerintah China.
Baca Juga: Menhan Rusia: Barat Berusaha Memperluas Perang Ukraina ke Wilayah Asia-Pasifik
Namun Zhang juga menekankan perlunya meningkatkan hubungan militer dengan Amerika Serikat.
“Kami akan memperdalam kerja sama strategis dan koordinasi dengan Rusia dan bersedia, atas dasar saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan, mengembangkan hubungan militer dengan AS,” kata Zhang dalam pidato yang diawasi ketat oleh atase militer dan diplomat.
Media pemerintah Tiongkok Xinhua melaporkan, Zhang mengadakan pembicaraan dengan Shoigu di sela-sela forum tersebut.
Menteri Pertahanan China pada tahun-tahun sebelumnya telah menyampaikan pidato utama di forum tersebut. Namun, Li Shangfu dipecat sebagai menteri pertahanan pekan lalu tanpa penjelasan dan penggantinya belum ditunjuk.
Reuters melaporkan bulan lalu bahwa Li, yang telah hilang selama dua bulan, sedang diselidiki atas tuduhan korupsi.
China dan AS tidak memiliki komunikasi tingkat tinggi antarmiliter sejak Li ditunjuk sebagai menteri pada bulan Maret.
Departemen Pertahanan AS telah mengirimkan delegasi yang dipimpin oleh Cynthia Xanthi Carras, direktur urusan China dari Kantor Wakil Menteri Pertahanan.
Carras sempat melakukan percakapan singkat dengan juru bicara Kementerian Pertahanan Wu Qian di forum tersebut. Demikian laporan akun media sosial yang berafiliasi dengan lembaga penyiaran pemerintah CCTV.
Baca Juga: 9 Negara Arab Meminta PBB Wajibkan Israel-Hamas Lakukan Gencatan Senjata
Chad Spragia, mantan wakil asisten menteri pertahanan AS untuk China, menekankan pentingnya partisipasi AS.
“Penting bagi AS untuk berada di sini dan tidak memberikan ruang kepada negara lain. Kami di sini dan mendengarkan,” kata Sbragia, yang mengatakan ia hadir di sana dalam kapasitas penelitian.
Partisipasi delegasi AS terjadi ketika Amerika Serikat dan China meningkatkan pertukaran menjelang pertemuan puncak yang diharapkan terjadi bulan depan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Xi Jinping.
Pekan lalu, diplomat top China, Wang Yi, bertemu Biden selama satu jam dalam pembicaraan yang digambarkan Gedung Putih sebagai “peluang bagus” untuk menjaga jalur komunikasi terbuka antara kedua rival tersebut.
Terlepas dari pernyataan perdamaian mengenai perbaikan hubungan militer China-AS, Zhang dan beberapa perwira militer China tidak memberikan tanda-tanda sikap yang lebih lunak terhadap isu-isu seperti Taiwan, yang dianggap Beijing sebagai wilayahnya.
Baca Juga: Serangan Terhadap Pasukan AS Marak di Timur Tengah, Ini yang Dilakukan Pentagon
Letnan Jenderal China He Lei, berbicara di sebuah panel pada hari Minggu, mengatakan bahwa jika China harus menggunakan kekuatan melawan Taiwan, itu akan menjadi perang untuk reunifikasi, perang yang adil dan sah.
Dalam pidatonya, Zhang mengatakan bahwa negara-negara tidak boleh dengan sengaja memprovokasi negara lain mengenai isu-isu besar dan sensitif. Dia juga menambahkan bahwa Taiwan adalah kepentingan inti bagi Tiongkok.
Banyak negara Barat yang menghindari forum tersebut atau hanya mengirimkan delegasi tingkat rendah.