Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Chad Spragia, mantan wakil asisten menteri pertahanan AS untuk China, menekankan pentingnya partisipasi AS.
“Penting bagi AS untuk berada di sini dan tidak memberikan ruang kepada negara lain. Kami di sini dan mendengarkan,” kata Sbragia, yang mengatakan ia hadir di sana dalam kapasitas penelitian.
Partisipasi delegasi AS terjadi ketika Amerika Serikat dan China meningkatkan pertukaran menjelang pertemuan puncak yang diharapkan terjadi bulan depan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Xi Jinping.
Pekan lalu, diplomat top China, Wang Yi, bertemu Biden selama satu jam dalam pembicaraan yang digambarkan Gedung Putih sebagai “peluang bagus” untuk menjaga jalur komunikasi terbuka antara kedua rival tersebut.
Terlepas dari pernyataan perdamaian mengenai perbaikan hubungan militer China-AS, Zhang dan beberapa perwira militer China tidak memberikan tanda-tanda sikap yang lebih lunak terhadap isu-isu seperti Taiwan, yang dianggap Beijing sebagai wilayahnya.
Baca Juga: Serangan Terhadap Pasukan AS Marak di Timur Tengah, Ini yang Dilakukan Pentagon
Letnan Jenderal China He Lei, berbicara di sebuah panel pada hari Minggu, mengatakan bahwa jika China harus menggunakan kekuatan melawan Taiwan, itu akan menjadi perang untuk reunifikasi, perang yang adil dan sah.
Dalam pidatonya, Zhang mengatakan bahwa negara-negara tidak boleh dengan sengaja memprovokasi negara lain mengenai isu-isu besar dan sensitif. Dia juga menambahkan bahwa Taiwan adalah kepentingan inti bagi Tiongkok.
Banyak negara Barat yang menghindari forum tersebut atau hanya mengirimkan delegasi tingkat rendah.