Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Angkatan laut Amerika mengatakan pada Selasa (21/4/2020), dua kapal perang AS beroperasi di Laut China Selatan. Tiga sumber keamanan regional mengatakan kepada South China Morning Post bahwa mereka berada di dekat daerah pertikaian antara China dan Malaysia.
The Haiyang Dizhi 8, sebuah kapal penelitian pemerintah China, terlihat pada pekan lalu melakukan survei di dekat kapal eksplorasi yang dioperasikan oleh perusahaan minyak negara Malaysia, Petronas, beberapa bulan setelah melakukan patroli serupa di Vietnam.
Terkait insiden itu, Amerika Serikat menyerukan kepada China untuk segera menghentikan "perilaku intimidasi" di perairan yang disengketakan, dengan mengutip kekhawatiran atas tindakan provokatif Beijing terhadap pengembangan minyak dan gas lepas pantai di wilayah tersebut.
Baca Juga: China dirikan dua distrik baru di Laut China Selatan, potensi konflik kian terbuka?
Departemen Luar Negeri AS mengatakan China mengambil keuntungan dari fokus kawasan itu yang kini tengah menangani pandemi virus corona untuk “memaksa tetangganya”.
Menurut juru bicara Komando Indo-Pasifik AS Nicole Schwegman, kapal serbu amfibi USS Amerika dan Bukit Bunker USS, sebuah kapal penjelajah rudal yang dipandu, telah dikerahkan dan beroperasi di Laut China Selatan.
Baca Juga: Donald Trump: Akan ada konsekuensi untuk China jika ada kesalahan soal wabah corona
"Melalui kehadiran operasional kami yang berkelanjutan di Laut China Selatan, kami bekerja ... untuk mempromosikan kebebasan navigasi dan penerbangan, dan prinsip-prinsip internasional yang mendukung keamanan dan kemakmuran bagi Indo-Pasifik," kata Schwegman seperti yang dikutip South China Morning Post.
"AS mendukung upaya sekutu dan mitra kami untuk menentukan kepentingan ekonomi mereka sendiri."
Laksamana Muda Fred Kacher, komandan Kelompok Serangan Ekspedisi USS Amerika, mengatakan pasukannya telah berinteraksi dengan pasukan angkatan laut Tiongkok di Laut China Selatan minggu ini.
Baca Juga: Pakar di China anggap langkah diplomasi Tiongkok saat ini lebih berbahaya dari corona
"Semua interaksi kami terbilang aman dan profesional dengan mereka," kata Kacher.