Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Saling Tuding
Beijing menuding lonjakan tensi ini dipicu oleh keputusan mendadak Departemen Perdagangan AS yang memperluas Entity List pada akhir September — daftar hitam berisi perusahaan China dan negara lain yang diduga menyiasati larangan ekspor teknologi canggih, termasuk peralatan pembuat chip.
Sementara itu, Washington menilai awal mula masalah justru dari langkah Beijing membatasi ekspor mineral penting, yang oleh Trump disebut sebagai “langkah mengejutkan.”
China menegaskan, pihaknya telah memberi tahu Washington lebih dulu sebelum mengumumkan kebijakan perizinan baru, dan menilai langkah itu sesuai dengan praktik internasional.
“Selama ini Amerika Serikat selalu melebih-lebihkan isu keamanan nasional dan menyalahgunakan kebijakan pengendalian, dengan menerapkan praktik diskriminatif terhadap China,” tulis salah satu dari tujuh infografis yang dirilis surat kabar People’s Daily.
Dalam infografis lain, China juga menyoroti bahwa AS memiliki daftar kontrol ekspor atas lebih dari 3.000 item, jauh lebih banyak dibandingkan 900 item dalam katalog China.
“Penerapan kontrol ekspor semacam ini sesuai dengan praktik umum internasional,” tulis People’s Daily, menegaskan kembali sikap resmi Beijing.
Tonton: AS Desak G7 dan Uni Eropa Kenakan Tarif Bagi China dan India karena Beli Minyak Rusia
Dari Kebijakan Dagang ke Serangan Pribadi
Ketegangan makin memanas ketika Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut Li Chenggang, negosiator utama China, sebagai sosok yang “sedikit tak stabil dan tidak sopan”, serta menuduhnya mengancam akan “melepaskan kekacauan global” jika AS tetap menaikkan biaya pelabuhan bagi kapal China.
“Komentar pihak AS sangat memutarbalikkan fakta,” tegas He Yongqian. “China justru yang lebih dulu mengambil inisiatif untuk bernegosiasi dan berkomunikasi dengan Amerika Serikat.”
Bessent juga menyindir bahwa pejabat China tersebut “mungkin sudah bertindak di luar kendali”, mengacu pada pertemuan 28 Agustus lalu yang disebutnya berlangsung dengan bahasa “sangat provokatif.”
Meski begitu, Bessent menambahkan bahwa hubungan pribadi antara Trump dan Xi telah membantu menahan eskalasi konflik dan menjaga jalur komunikasi tetap terbuka menjelang pertemuan mereka di Korea Selatan.
“Kami berharap AS bisa menghargai capaian dari perundingan ekonomi dan dagang sebelumnya, serta segera memperbaiki kesalahannya,” ujar He menutup konferensi pers.