kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.546.000   5.000   0,32%
  • USD/IDR 16.219   -19,00   -0,12%
  • IDX 7.089   8,55   0,12%
  • KOMPAS100 1.053   4,72   0,45%
  • LQ45 824   2,32   0,28%
  • ISSI 212   1,23   0,58%
  • IDX30 423   0,96   0,23%
  • IDXHIDIV20 507   2,05   0,41%
  • IDX80 120   0,32   0,26%
  • IDXV30 124   0,65   0,52%
  • IDXQ30 140   0,31   0,22%

China Simulasikan Serangan Rudal AS di Laut China Selatan


Senin, 06 Januari 2025 / 11:15 WIB
China Simulasikan Serangan Rudal AS di Laut China Selatan
Sebuah peluncur yang terpasang pada kapal perusak Angkatan Laut China di bawah Komando Teater Timur PLA menembakkan rudal ke kapal selam musuh di perairan Laut China Timur selama latihan maritim pada awal Januari 2021. China simulasikan serangan rudal siluman jarak jauh AS yang menargetkan kelompok kapal induk Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di Laut Cina Selatan.


Sumber: Asia Times | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - BEIJING. China telah melakukan simulasi serangan rudal siluman jarak jauh Amerika Serikat (AS) yang menargetkan kelompok kapal induk Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di Laut China Selatan, wilayah yang menjadi sengketa. Simulasi ini menyoroti persaingan teknologi antara kemampuan siluman dan anti-siluman.

Menurut laporan South China Morning Post (SCMP), simulasi yang dipimpin oleh Wang Tianxiao dari Institut Teknologi Komputasi Tiongkok Utara ini bertujuan meningkatkan taktik pertahanan PLA. 

Dalam skenario tersebut, AS menggunakan 10 rudal AGM-158C Long Range Anti-Ship Missile (LRASM) untuk menyerang kapal perusak China di sekitar Kepulauan Pratas.

Baca Juga: Malaysia Tak akan Menghentikan Eksplorasi Laut Cina Selatan Meski Diprotes China

Rudal LRASM dikenal dengan kemampuan siluman terhadap radar dan jangkauan hingga 1.000 kilometer. Meskipun PLA menggunakan teknologi peperangan elektronik, rudal tersebut berhasil mengenai target berkat sistem kamera pencitraan termal.

SCMP menyebutkan bahwa detail realistis simulasi ini dapat memengaruhi strategi militer mendatang. Namun, data yang digunakan dalam simulasi sulit diverifikasi karena berasal dari intelijen sumber terbuka.

Keunggulan Rudal Jelajah Siluman

China memilih untuk mensimulasikan serangan rudal jelajah siluman daripada senjata hipersonik. Rudal jelajah siluman seperti LRASM memiliki keunggulan, termasuk sulit dideteksi oleh radar dan inframerah, serta kemampuan berbagi data untuk serangan presisi. 

Sebaliknya, senjata hipersonik lebih mudah dilacak karena fenomena plasma dan tanda visual yang ditinggalkan.

Baca Juga: Indonesia - China Belum Sepakati Area Pengembangan Bersama di Laut Cina Selatan

China memiliki beberapa opsi untuk menghadapi LRASM, seperti senjata laser, teknologi anti-siluman, dan penghancuran platform peluncur rudal sebelum mencapai jangkauan.

Senjata laser memberikan serangan instan dengan biaya rendah, meski masih memiliki keterbatasan, seperti kepekaan terhadap kondisi atmosfer.

Kemajuan dalam radar anti-siluman juga memungkinkan China mendeteksi jet tempur siluman AS, seperti F-22 dan F-35, dari jarak jauh. Radar ini menggunakan algoritma khusus tanpa memancarkan sinyal yang mudah terdeteksi, meningkatkan kemampuan anti-siluman Tiongkok.

Pesawat Siluman dan Rudal Hipersonik China

China telah memperkenalkan pesawat siluman baru, J-36 dan J-50, yang dirancang untuk misi superioritas udara dan serangan. Pesawat ini menekankan kemampuan siluman, daya jelajah tinggi, dan fleksibilitas operasional.

Selain itu, China mengembangkan rudal hipersonik YJ-21 yang dapat diluncurkan dari berbagai platform, memberikan ancaman serius bagi kapal tempur permukaan AS.

Baca Juga: Alasan Biden Izinkan Ukraina Gunakan Rudal AS Serang Wilayah Rusia

China merupakan produsen kapal terbesar di dunia, mencakup 75% dari pesanan global pada 2024. Kapasitas ini mendukung keunggulan angkatan laut PLA, yang memiliki 370 kapal, termasuk 140 kapal tempur permukaan utama. 

Dengan kemampuan produksi yang tinggi, China dapat dengan cepat menggantikan kapal yang rusak, memberikan keunggulan numerik dalam konflik laut.

Simulasi ini mencerminkan kesiapan Tiongkok dalam menghadapi potensi konflik di Laut China Selatan, sekaligus menegaskan posisinya dalam persaingan militer global.

Selanjutnya: Simak 2 Opsi yang akan Ditawarkan Kemenperin dalam Pertemuan dengan Apple Pekan Ini

Menarik Dibaca: Harga Emas Hari Ini Stagnan, Goldman Sachs Pangkas Outlook Harga Emas 2025



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×