kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

China tak lagi menjadi investor terbesar surat utang AS, siapa yang menggantikan?


Jumat, 16 Agustus 2019 / 07:06 WIB
China tak lagi menjadi investor terbesar surat utang AS, siapa yang menggantikan?
ILUSTRASI. Pasar Modal


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Posisi China sebagai pemegang surat utang terbesar AS tergeser. Posisinya saat ini digantikan oleh Jepang. Kondisi ini terjadi seiring memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dengan China. 

Berdasarkan informasi yang dirilis oleh Kementerian Keuangan AS pada Kamis (16/8), Jepang menaikkan kepemilikannya atas obligasi, surat utang, dan notes AS sebesar US$ 21,9 miliar menjadi US$ 1,12 triliun. Ini merupakan level tertinggi dalam 2,5 tahun terakhir. 

Baca Juga: Mulai melunak, China menuntut jalan tengah atas perselisihan perang dagang

Terakhir kali Jepang menduduki posisi sebagai investor asing terbesar AS adalah pada Mei 2017. Negeri Sakura itu menambah kepemilikannya atas surat utang AS dengan nilai lebih dari US$ 100 miliar sejak Oktober 2018. Menurut BMO Capital Markets, saat ini, pasar obligasi AS lebih menarik di mata investor seiring tren yield negatif di global.

Perbandingan saja, yield surat utang AS bertenor 10 tahun telah anjlok ke level terendah sejak 2016 dalam beberapa bulan terakhir. Namun, yield surat utang AS bertenor sama saat ini adalah negatif 0,23%.

"Aksi beli yang kami lihat oleh investor Jepang benar-benar merupakan refleksi dari rendahnya yield dan yield yang negatif," jelas analis BMO Ben Jeffery mengutip Bloomberg

Baca Juga: Yield obligasi anjlok di seluruh kawasan Asia Pasifik, kecuali Indonesia dan India

Pasar obligasi global memang tak luput dari sentimen perang dagang yang kian memanas antara China dan AS. Saat ini,  China mulai melunak. Negeri Panda ini meminta Amerika AS untuk bertemu di tengah-tengah atas potensi kesepekatan dagang. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menegaskan, perjanjian apapun harus sesuai dengan ketentuan Amerika.

Kementerian keuangan China dalam pernyataannya mengatakan bahwa rencana pajak impor yang akan diterapkan Washington, melanggar konsensus yang sebelumnya telah tercapai antara Trump dan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan Juni lalu di Jepang. 

Baca Juga: Kurva imbal hasil US Treasury terbalik, sinyal klasik resesi ekonomi akan datang

Dalam pernyataan terpisah, juru bicara kementerian luar negeri China Hua Chunying, bilang, "Kami berharap AS mau bertemu China lewat jalan tengah, dan mengimplementasikan konsensus dua kepala negara di Osaka."



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×