Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Kepolisian China di Kota Harbin, Provinsi Heilongjiang, menuding Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) telah meluncurkan serangan siber canggih yang menargetkan sejumlah industri penting selama Asian Winter Games pada Februari lalu.
Dalam laporan yang disampaikan kantor berita resmi Xinhua pada Selasa (15/4), otoritas China juga menambahkan tiga agen NSA yang diduga terlibat dalam peretasan ke dalam daftar buronan.
Selain itu, mereka menyebut Universitas California dan Virginia Tech terlibat dalam serangan ini, meski tidak dijelaskan secara rinci bagaimana peran kedua institusi tersebut.
Baca Juga: AS-China Panas, Terjadi Ledakan Perdagangan Emas di Tiongkok
“NSA telah meluncurkan serangan siber terhadap industri-industri penting seperti energi, transportasi, sumber daya air, komunikasi, serta lembaga penelitian pertahanan nasional di Provinsi Heilongjiang,” kata Biro Keamanan Publik Kota Harbin dalam pernyataannya.
Laporan tersebut menyebut serangan dilakukan dengan tujuan melemahkan infrastruktur informasi kritis China, menciptakan kekacauan sosial, dan mencuri informasi rahasia penting.
Pihak Kedutaan Besar AS di China belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar yang dikirimkan melalui email.
Xinhua menyebut serangan NSA dilakukan selama penyelenggaraan Asian Winter Games dan "diduga mengaktifkan backdoor yang telah dipasang sebelumnya" di sistem operasi Microsoft Windows pada sejumlah perangkat di wilayah tersebut.
Baca Juga: Ray Dalio Dukung Negosiasi Tarif AS-China, Serukan Pemangkasan Defisit AS
Tiga individu yang disebutkan namanya dalam laporan diklaim "berulang kali melakukan serangan terhadap infrastruktur informasi kritis China serta berpartisipasi dalam peretasan terhadap Huawei dan perusahaan lainnya".
Sementara itu, pemerintah AS secara rutin menuduh peretas yang didukung negara China melancarkan serangan terhadap infrastruktur penting dan lembaga pemerintahan Amerika.
Bulan lalu, Washington mengumumkan dakwaan terhadap sejumlah peretas asal China yang dituduh menyerang Badan Intelijen Pertahanan AS, Departemen Perdagangan AS, serta kementerian luar negeri di Taiwan, Korea Selatan, India, dan Indonesia.
Beijing membantah semua tuduhan keterlibatan dalam spionase siber di luar negeri.
Baca Juga: Ancaman Terbaru Trump: Tarif Impor Chip Semikonduktor Segera Diberlakukan
Dalam dua tahun terakhir, di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, sejumlah lembaga dan institusi pemerintah China juga mulai balik menuduh Amerika Serikat dan sekutunya terlibat dalam aktivitas peretasan dan pencurian data.
Pada Desember lalu, China mengklaim telah mendeteksi dan menangani dua serangan siber dari AS yang menargetkan perusahaan teknologi domestik sejak Mei 2023, yang bertujuan mencuri rahasia dagang—meski kala itu otoritas China tidak menyebutkan lembaga AS mana yang terlibat.