Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pada Rabu, Beijing kembali mengkritik Tokyo setelah memberikan penghargaan kepada Frank Hsieh Chang-ting, mantan kepala kantor perwakilan Taiwan di Tokyo.
Menurut Wu Jinan, mantan presiden Asosiasi Studi Jepang Shanghai, gagasan bahwa “kontingensi Taiwan adalah kontingensi Jepang” pertama kali disampaikan mantan PM Shinzo Abe setahun setelah ia mundur.
“Sebagai perdana menteri aktif, pernyataan publik Takaichi dalam kapasitas resmi memiliki konteks dan dampak berbeda, sehingga sifat pernyataannya jauh lebih serius,” kata Wu kepada The Paper.
Lian Degui, direktur Pusat Studi Jepang di Universitas Studi Internasional Shanghai, mengatakan pemimpin Jepang sebelumnya sangat berhati-hati karena isu Taiwan sangat sensitif.
“Kesalahan Takaichi justru terletak pada hal itu,” kata Lian.
“Takaichi adalah pejabat Jepang pertama sejak 1945 yang secara resmi mengaitkan skenario ancaman Taiwan dengan hak pertahanan kolektif Jepang.”
Baca Juga: Trump Disambut Secara Kerajaan di Jepang, Upayakan Gencatan Dagang dengan China
Kesimpulan
Artikel ini menggambarkan meningkatnya ketegangan antara Jepang dan Tiongkok setelah Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi menyatakan kemungkinan pengerahan militer jika terjadi konflik di Selat Taiwan. Beijing menanggapinya dengan keras, termasuk memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Jepang dan mendorong maskapai Tiongkok memberikan refund tiket. Jepang menyatakan tidak akan menarik pernyataan tersebut dan mengklaim posisinya konsisten dengan kebijakan sebelumnya. Situasi ini memperburuk hubungan bilateral dan mengganggu dinamika keamanan regional, terutama mengingat sensitivitas isu Taiwan dan meningkatnya retorika kedua pihak.













