kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.060   76,14   1,09%
  • KOMPAS100 1.056   15,95   1,53%
  • LQ45 830   13,44   1,65%
  • ISSI 214   1,34   0,63%
  • IDX30 424   7,62   1,83%
  • IDXHIDIV20 510   8,45   1,68%
  • IDX80 120   1,83   1,54%
  • IDXV30 125   0,72   0,58%
  • IDXQ30 141   2,32   1,67%

Dari kopi, warga Amerika bergeser menyeruput teh


Sabtu, 26 Oktober 2013 / 16:54 WIB
Dari kopi, warga Amerika bergeser menyeruput teh
ILUSTRASI. A woman looks at real estate listings at an office in the Brooklyn borough of New York, U.S. March 21, 2017. REUTERS/Brendan McDermid


Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina

WAJAH dunia terus berubah. Begitu juga dengan selera penghuni dunia. Ambil contoh warga Amerika Serikat (AS).
Dalam beberapa dekade belakangan, kopi bagai obat penghilang penat paling populer di kalangan warga AS. Tak pelak, menyeruput kopi bagai menjadi candu.

Coba lihat sekeliling sudut Amerika. Dalam jarak tempuh beberapa kilometer, bisa jadi anda bakal menemui banyak kedai kopi. Sebaliknya, jika berniat mampir ke kedai teh, bisa dipastikan Anda akan menemui kesulitan. Pemandangan menyeruput secangkir teh hangat hanya tampak di film era tahun 1800-an.

Mengutip The Economist, teh, minuman terpopuler kedua di dunia setelah air putih, sempat digemari warga AS di tahun 1700-an. Namun, kebiasaan minum teh mulai punah pasca peristiwa Boston Tea Party. Ini adalah peristiwa ketika sekelompok warga Amerika membuang 324 peti teh asal Inggris di pelabuhan Boston. Kejadian ini muncul sebagai respons penolakan warga AS terhadap kebijakan pajak impor teh oleh Inggris.

Namun, hasrat warga Amerika menghirup aroma wangi teh sepertinya bakal menjadi gelombang tren baru. Ramalan ini dianut Starbucks. Lihat saja aksi Starbucks terbaru. Jaringan kedai kopi terbesar di seluruh dunia ini tengah sibuk mengembangkan bisnis kedai teh.

Pekan ini, Starbucks mewujudkan ramalan tersebut lewat pembukaan kedai teh Teavana pertama di Manhattan, New York, AS. Teavana merupakan kedai teh hasil akuisisi Starbucks pada November 2012 lalu. Howard Schultz, CEO Starbucks, mengatakan konsep kedai Teavana menyuguhkan sensasi berbeda dalam mencicipi secangkir teh. "Konsep ini sama seperti pengalaman berbeda yang disuguhkan kopi Starbucks," ujar dia, mengutip Reuters.

Di kedai teh Teavana, pecinta teh bisa menikmati bar yang menyajikan teh panas dan dingin secara fresh. Kedai Teavana juga menyuguhkan teh latte dan minuman bersoda berbasis teh. Tak ketinggalan, Teavana juga menjual teh kemasan dan aneka cenderamata semisal teko teh. Ambisi Starbucks menyeruput laba dari bisnis kedai teh tak main-main.

Tahun lalu, perusahaan yang berbasis di Seattle ini merogoh kocek US$ 620 juta untuk mencaplok Teavana Inc. Saat ini, jaringan kedai teh Teavana mencapai 300 titik di seluruh AS, Kanada dan Meksiko. Hitungan Starbucks, industri teh di seluruh dunia berpotensi senilai US$ 90 miliar. Optimisme Starbucks terhadap bisnis teh tak lepas dari pengalamannya meraup laba dari Tazo.

Ini adalah merek teh lain yang dikelola Starbucks.Tazo menjadi anak usaha Starbucks pasca akuisisi seharga US$ 8,1 juta di tahun 1999 silam. Tazo memproduksi teh kemasan yang dijual di toko-toko ritel. Sejatinya, teh bukan mainan baru bagi Starbucks. Di tahun 1971 silam, Schultz membuka kedai perdananya dengan plang nama "Starbucks Coffee, Tea and Spice". Kala itu, Starbucks menjual 27 racikan teh berbeda.

Mengutip Euromonitor, volume pasar teh diproyeksikan tumbuh 10% menjadi 37.727 ton di tahun 2017. Di pasar AS, Unilever menjadi penguasa bisnis teh dengan pangsa pasar mencapai 18%. Sepanjang tahun 2012 lalu, produk teh kemasan Unilever tumbuh 2% menjadi US$ 385 juta. Selama ini, Unilever menjual sensasi minuman teh lewat sejumlah jaringan toko ritel.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×