Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harapan para investor terhadap reli “Uptober” Bitcoin tampaknya mulai pudar. Aset kripto terbesar di dunia itu kini diperdagangkan di kisaran US$111.457, turun 2,3% dari level awal bulan Oktober, menurut data dari CoinGlass.
Jika penurunan ini berlanjut, Oktober 2025 bisa menjadi bulan “merah” pertama bagi Bitcoin sejak tahun 2018, mengakhiri tren historis kenaikan harga yang biasanya terjadi setiap Oktober.
Penurunan 4% Bisa Jadi Oktober Terburuk dalam 12 Tahun
Awal bulan sempat membawa optimisme tinggi setelah Bitcoin mencetak rekor harga tertinggi baru, namun reli tersebut dengan cepat berubah menjadi gelombang likuidasi besar-besaran di pasar derivatif.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Kembali Desak Investor untuk Beli Bitcoin: Jangan Terlambat!
Saat ini, BTC bergerak dalam rentang sempit antara US$107.000 hingga US$111.500, dan memiliki jarak yang cukup jauh untuk menutup bulan ini di zona hijau.
Menurut data CoinGlass, rata-rata kenaikan harga Bitcoin di bulan Oktober sejak 2013 mencapai 20%, yang jika terulang, seharusnya menempatkan harga di atas US$130.000.
Namun sebaliknya, penurunan 4% dari level awal bulan ini akan menjadikan Oktober 2025 sebagai kinerja bulanan terburuk Bitcoin dalam 12 tahun terakhir.
Khusus pada tahun-tahun pasar bullish, Oktober biasanya menjadi bulan yang sangat kuat. Pada 2017 dan 2021, misalnya, Bitcoin mencatatkan kenaikan lebih dari 40% dalam satu bulan. Sementara itu, Oktober terburuk terjadi pada 2014, ketika harga merosot sekitar 13%.
Harapan Terakhir untuk “Uptober”
Meski kondisi saat ini tampak suram, beberapa analis masih melihat peluang pemulihan di paruh akhir Oktober. Timothy Peterson, ekonom jaringan yang kerap menganalisis siklus pasar Bitcoin, menyebut bahwa sebagian besar kenaikan “Uptober” biasanya terjadi setelah tanggal 3 Oktober.
“Sekitar 60% dari kinerja tahunan Bitcoin biasanya terjadi setelah tanggal 3 Oktober,” tulis Peterson dalam risetnya pada September lalu.
Peterson juga menyoroti potensi pertemuan The Federal Reserve pada 29 Oktober sebagai momen penting bagi pasar.
Baca Juga: Utang Penambang Bitcoin Melonjak Tajam Menjadi US$12,7 Miliar, Ini Penyebabnya
Ia menilai, jika The Fed memberi sinyal berakhirnya kebijakan quantitative tightening (QT) atau pengetatan likuiditas, maka hal itu dapat menjadi “sinyal besar” bagi pasar keuangan global, termasuk aset kripto.
Laporan Cointelegraph menyebut bahwa ekspektasi pasar saat ini menunjukkan kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed, meski data inflasi masih terbatas.
Langkah tersebut diyakini dapat menciptakan kondisi yang lebih kondusif bagi aset berisiko, termasuk Bitcoin dan kripto lainnya, pada kuartal akhir tahun ini.













