Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan rintisan pertahanan asal Amerika Serikat, Castelion, pada Jumat (24/10) mengumumkan bahwa mereka telah memenangkan kontrak untuk mengintegrasikan senjata serang hipersonik Blackbeard dengan sistem operasional milik Angkatan Darat AS (U.S. Army).
Langkah ini menandai tahap awal bagi militer AS untuk menempatkan senjata hipersonik berdaya tinggi dan hampir mustahil dihentikan di berbagai wilayah strategis dunia.
AS dan China saat ini tengah terlibat dalam perlombaan senjata hipersonik, sebuah teknologi yang mampu meluncur di lapisan atas atmosfer dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara (Mach 5) dan dirancang untuk menghindari sistem pertahanan tradisional.
Integrasi Blackbeard dengan HIMARS
Dalam proyek ini, Castelion akan bekerja sama dengan Angkatan Darat untuk mengintegrasikan sistem senjata Blackbeard ke dalam High Mobility Artillery Rocket System (HIMARS) — peluncur roket mobilitas tinggi yang kini terkenal secara global setelah banyak digunakan dalam konflik di Ukraina.
Baca Juga: Ribuan Petugas Keamanan Penerbangan AS Tak Digaji, Terpaksa Cari Pekerjaan Sampingan
HIMARS telah menjadi simbol keunggulan militer modern AS, dan integrasi senjata hipersonik Blackbeard diharapkan dapat meningkatkan daya serang jarak jauh dan kecepatan respons militer AS di berbagai medan tempur.
Dukungan Pemerintah dan Potensi Kontrak Besar
Selain Castelion, sejumlah perusahaan besar seperti Stratolaunch, Raytheon (unit dari RTX), dan Lockheed Martin juga tengah berlomba mengembangkan sistem senjata hipersonik yang dapat menghasilkan kontrak bernilai miliaran dolar di masa depan.
Rincian nilai kontrak antara Castelion dengan Angkatan Darat dan Angkatan Laut AS (U.S. Navy) tidak diungkapkan.
Namun, dalam proposal anggaran Presiden Donald Trump untuk tahun fiskal 2026, pemerintah telah mengalokasikan sekitar US$25 juta untuk proyek integrasi serupa — meski anggaran tersebut belum disahkan oleh Kongres.
Produksi Massal dan Efisiensi Biaya
Blackbeard merupakan senjata serang hipersonik pertama Castelion yang dirancang untuk diproduksi secara massal dan dapat segera dioperasikan dengan biaya yang jauh lebih efisien dibandingkan senjata generasi sebelumnya.
Castelion menargetkan produksi ribuan unit per tahun dengan biaya per unit hanya ratusan ribu dolar, jauh lebih murah dibandingkan sistem senjata hipersonik konvensional yang biasanya mencapai jutaan dolar per unit.
Baca Juga: Petani Kedelai AS Geram terhadap Bantuan Bailout US$20 Miliar Trump untuk Argentina
Langkah ini menjadi tonggak penting dalam upaya Departemen Pertahanan AS memperluas portofolio senjata hipersonik berbiaya rendah, yang dinilai strategis untuk menjaga keunggulan militer AS di tengah meningkatnya ancaman dari rival global.
Perlombaan Global Senjata Hipersonik
Baik China maupun Rusia diketahui telah mengembangkan program senjata hipersonik yang sangat kompetitif. Keduanya berfokus pada rudal manuverable yang mampu mengubah arah saat melaju pada kecepatan supersonik, menjadikannya sulit dideteksi dan dicegat oleh sistem pertahanan udara konvensional.
Dengan kemajuan baru dari Castelion, Amerika Serikat tampaknya semakin serius mempercepat pengembangan dan penyebaran senjata hipersonik generasi baru, yang dapat mengubah dinamika kekuatan militer global di tahun-tahun mendatang.













