Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Korea Utara pada Selasa (16/6/2020) meledakkan sebuah bangunan yang didirikan pada 2018 di kota perbatasan sebagai kantor penghubung bersama untuk membina hubungan yang lebih baik dengan Korea Selatan. Aksi ini merupakan salah satu dari serangkaian yang tindakan kemarahan terbaru oleh Pyongyang yang telah meningkatkan kekhawatiran di Washington.
Melansir Reuters, permusuhan yang ditunjukkan Korea Utara telah mencakup uji coba rudal dan retorika keras sejak pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Singapura pada tahun 2018.
Hal ini menyebabkan meningkatnya ketegangan, meskipun Trump - yang pernah mencemooh Kim sebagai "Rocket Man”- sebagian besar meremehkan tindakan Pyongyang.
Baca Juga: Korea Utara berulah, Korea Selatan: Militer kami siap untuk keadaan apa pun
Berikut adalah perkembangan sejumlah aksi Korut dari waktu ke waktu:
12 Juni 2018:
KTT Singapura menjadi acara di mana untuk pertama kalinya seorang presiden Amerika bertemu dengan seorang pemimpin Korea Utara. Akan tetapi, pernyataan yang keluar dari pertemuan itu tidak spesifik, dan kedua belah pihak memilih untuk melakukan komitmen umum.
Baca Juga: Kantor penghubung hancur lebur, Korsel berang: Korut harus bertanggungjawab!
Sejak KTT, Korea Utara tidak menunjukkan tanda-tanda nyata kesediaan untuk meninggalkan senjata nuklirnya, dan para ahli mengatakan Korut diyakini telah melanjutkan pengembangan persenjataannya. Washington, pada saat yang sama, telah berusaha untuk menjaga sanksi agar tetap dilaksanakan.
28 Februari 2019:
KTT kedua antara Trump dan Kim di Vietnam gagal karena penerapan sanksi, yang kemudian menimbulkan pertanyaan tentang masa depan diplomasi denuklirisasi.
Trump dan Kim kemudian bertemu lagi pada bulan Juni di perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan dan sepakat untuk memulai kembali perundingan, tetapi pembicaraan nuklir tingkat kerja di Swedia pada bulan Oktober terhenti.
3 Desember 2019:
Meningkatkan ketegangan pada akhir tahun, Pyongyang memperingatkan Washington tentang "hadiah Natal" setelah Kim memberi deadline kepada Amerika Serikat hingga 2020 untuk mengusulkan konsesi baru dalam pembicaraan nuklir.
Baca Juga: Militer Korea Utara ancam akan ubah perbatasan menjadi benteng pertahanan
Pada waktu itu, Kim memperingatkan bahwa dunia akan segera melihat "senjata strategis baru". Namun, hingga tenggat waktu berlalu, tidak ada apapun yang terjadi.
Maret 2020:
Korea Utara meluncurkan serangkaian rudal jarak pendek, uji coba pertamanya untuk tahun ini. Hal ini membuat AS dan China memohon agar Pyongyang kembali ke perundingan, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa diskusi apa pun terwujud.
Kim sejauh ini menahan diri untuk melanjutkan peluncuran rudal jarak jauh dan uji coba nuklir.
Baca Juga: China dan Korut tingkatkan persenjataan nuklir, pakar: Dunia menjadi lebih berbahaya
April / Mei 2020:
Hilangnya Kim dari pandangan publik menyebabkan beberapa minggu spekulasi panas tentang kesehatannya. Kondisi ini memicu kekhawatiran di Washington dan negara lain tentang stabilitas di Semenanjung Korea. Situasi menjadi tenang pada awal Mei ketika media pemerintah mengatakan Kim telah menghadiri peresmian pabrik pupuk.
Baca Juga: Militer Korut siap melakukan aksi pembalasan terkait selebaran propaganda Korsel
28 Mei 2020:
Departemen Kehakiman AS menuduh bank milik pemerintah Korea Utara menghindari undang-undang sanksi AS dan mendakwa 28 warga Korea Utara dan lima warga Tiongkok dalam tindakan keras terbesarnya terhadap pelanggaran sanksi Korea Utara.
16 Juni 2020:
Korea Utara meledakkan kantor penghubung di Kaesong yang digunakan untuk perundingan bersama setelah mengancam tindakan jika para pembelot melanjutkan dengan kampanye yang mengirimkan selebaran propaganda ke Korea Utara.
Baca Juga: Korea Utara: Kami terus bangun pasukan militer untuk atasi ancaman Amerika
Itu adalah kemunduran besar bagi upaya-upaya oleh Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk membujuk Korea Utara ke dalam kerja sama, juga tampaknya merupakan pukulan lebih jauh terhadap harapan Trump membujuk Pyongyang untuk menyerahkan senjata nuklirnya.