Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Defisit perdagangan Amerika Serikat meningkat dengan peningkatan terbesar selama lebih dari satu tahun pada Maret karena rekor penurunan ekspor mengimbangi penurunan impor. Ini menunjukkan bahwa wabah virus corona meningkatkan aliran barang dan jasa global.
Data lain yang dirilis Selasa menunjukkan langkah-langkah sulit untuk memperlambat penyebaran virus corona, mendorong sektor jasa besar AS mengalami kontraksi pada April untuk pertama kalinya dalam hampir 10,5 tahun.
Mengutip Reuters, Rabu (6/5) laporan tersebut menjadi indikasi terbaru bahwa ekonomi semakin tenggelam ke dalam resesi dan bahwa rebound tajam tidak mungkin, bahkan ketika lockdown kembali dilonggarkan.
Baca Juga: Wakil Gubernur The Fed meramal pengangguran AS bisa naik ke tingkat terburuk
"Perdagangan antara negara-negara yang terkunci di seluruh dunia akan terus goyah dan tampak seperti depresi hebat kedua dan mungkin bertahun-tahun sebelum tren globalisasi menegaskan kembali dirinya sendiri, ketika dunia tumbuh lebih hati-hati selama krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Chris Rupkey, kepala ekonomi MUFG New York seperti dikutip Reuters.
Data Departemen Perdagangan AS menyebut, defisit perdagangan melonjak 11,6%, kenaikan terbesar sejak Desember 2018 menjadi US$ 4,4 miliar.
Lockdown global telah mengganggu rantai pasokan dan juga membebani permintaan barang dan jasa, menyusutkan output ekonomi.
Di Amerik Serikat, produk domestik bruto turun 4,8% secara tahunan pada kuartal pertama, laju kontraksi tertajam sejak kuartal keempat 2008.
Ekonom meyakini ekonomi masuk resesi pada paruh kedua Maret ketika langkah-langkah pembatasan sosial mulai berlaku.
Biro Riset Ekonomi Nasional (The National Bureau of Economic Research), lembaga penelitian swasta yang dianggap sebagai wasit resesi AS, tidak mendefinisikan resesi sebagai penurunan dua perempat PDB riil, seperti aturan umum di banyak negara.
Sebaliknya, ia mencari penurunan aktivitas, menyebar ke seluruh ekonomi dan bertahan lebih dari beberapa bulan.
Meskipun beberapa bagian negara telah mulai dibuka kembali, para ekonom tidak melihat ekonomi akan kembali ke tingkat pra pandemi dengan cepat, dan memakan waktu bertahun-tahun.
Pembukaan kembali ekonomi juga berisiko terjadi gelombang infeksi kedua dan lockdown lebih lanjut.
Survei dari Institute for Supply Management (ISM) yang dirilis Selasa (5/5) menunjukkan indeks aktivitas non-manufaktur turun ke pembacaan 41,8 bulan lalu, kontraksi pertama sejak Desember 2009. Itu juga level terendah sejak Maret 2009 dan diikuti pembacaan dari 52,5 pada bulan Maret.
Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi di sektor jasa, yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS. Survei ISM untuk pesanan baru untuk industri jasa turun ke rekor terendah di bulan April.
"Kami berharap puncak dampak Covid-19 terhadap perekonomian AS terjadi pada kuartal ini, dengan PDB turun sekitar 30% secara tahunan," kata Ryan Sweet, ekonom senior Moody's Analytics seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Media pemerintah China sebut Menlu AS sebagai orang jahat dan gila
Saham-saham di Wall Street naik karena para investor mengabaikan data tersebut. Investor lebih fokus pada pemulihan harga minyak dan pelonggaran pembatasan perjalanan di beberapa negara.
Pada bulan Maret, defisit perdagangan barang yang sensitif secara politis dengan China US$ 4,2 miliar menjadi US$ 11,8 miliar, terendah dalam 16 tahun. Impor dari China turun, sementara ekspor ke China naik.
Bila disesuaikan dengan inflasi, keseluruhan defisit perdagangan barang meningkat US$ 6,5 miliar menjadi US$ 75,3 miliar di bulan Maret. Meskipun ada peningkatan pada Maret, defisit perdagangan barang menyempit tajam pada kuartal pertama.
Tetapi kontribusi perdagangan terhadap PDB kuartal pertama diimbangi oleh penurunan tajam dalam inventaris serta belanja konsumen dan investasi bisnis yang lebih lemah karena impor yang anjlok.
Pada bulan Maret, ekspor turun 9,6% menjadi US$ 187,7 miliar, terendah sejak November 2016. Ekspor barang turun 6,7%, terbesar sejak Desember 2008, menjadi US$ 128,1 miliar. Ada penurunan ekspor barang modal, yang turun US$ 2,0 miliar menjadi US$ 42,6 miliar, terendah sejak November 2016.
Ekspor kendaraan bermotor dan komponennya turun US$ 2,5 miliar menjadi US$ 11,3 miliar di bulan Maret, terlemah sejak November 2011. Pengiriman barang-barang konsumsi mencapai level terendah tujuh tahun di bulan Maret. Ekspor jasa turun US$ 10,8 miliar menjadi US$ 59,6 miliar, level terendah sejak November 2013, akibat pembatasan perjalanan karena Covid-19.
Impor turun 6,2% menjadi US$ 232,2 miliar, terendah sejak November 2016. Persentase penurunan impor ini yang terbesar sejak Januari 2009. Impor barang turun 2,3% menjadi US$ 193,7 miliar pada Maret, terendah sejak Agustus 2017.
Baca Juga: Harga minyak mentah reli berkat potensi kenaikan permintaan bahan bakar
Pada bulan Maret, impor kendaraan bermotor, suku cadang, dan mesin turun US$ 2,7 miliar menjadi US$ 27,8 miliar, terendah sejak Februari 2015.
Impor barang-barang konsumen turun US$ 4,0 miliar menjadi US$ 47,4 miliar, terendah sejak April 2016. Terjadi penurunan tajam dalam impor ponsel.
Impor minyak bumi pada bulan Maret adalah yang terkecil sejak Mei 2016. Impor jasa turun US$ 10,7 miliar menjadi US$ 38,5 miliar pada Maret, terendah sejak Agustus 2013.
"Ini adalah laporan yang sulit, tetapi kemungkinan hanya awal," kata Tim Quinlan, ekonom senior Wells Fargo Securities.
"Bahkan ketika negara kembali membuka (kegiatan bisnis) dan pabrik kembali berjalan, perdagangan akan tetap tertekan."