Sumber: Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
NEW YORK. Masa depan Deutsche Bank AG masih buram. Kabar terbaru, bank terbesar asal Jerman ini tengah mengkaji sejumlah opsi untuk mendulang dana segar yang bertujuan mendongkrak permodalan.
"Petinggi Deutsche Bank sudah berbicara dengan beberapa sekuritas untuk mengkaji berbagai opsi penguatan modal," ujar sumber Bloomberg, Jumat (7/10).
Sumber itu menambahkan, beberapa advisor di Wall Street telah menyarankan sejumlah skema, di antaranya penjualan aset dan penjualan saham baru.
Opsi lain yang juga muncul ke permukaan, yakni membuka kembali rencana Deutsche Bank untuk menjual unit bisnis Deutsche Postbank. Kabar lain, Deutsche Bank telah meminta penjamin emisi untuk menggelar penjualan saham senilai € 5 miliar atau setara US$ 5,6 miliar.
Angka itu merupakan batas maksimum bagi Deutsche Bank untuk menggelar penjualan saham baru tanpa perlu meminta persetujuan pemegang saham. Lebih dari itu, Deutsche Bank harus meminta izin pemegang saham.
Yang jelas, keputusan Deutsche Bank bakal mengacu pada besaran denda yang bakal disepakati dengan otoritas AS. Bloomberg Intelligence memprediksi, kesepakatan denda berkisar antara US$ 4 miliar hingga US$ 8 miliar.
Angka ini berdasarkan denda di kasus serupa. Contoh, denda terhadap Morgan Stanley sebesar US$ 2,6 miliar dan Goldman Sachs Group Inc sebesar US$ 5,1 miliar.
Hingga akhir pekan ini, manajemen Deutsche Bank enggan memberikan komentar terkait skema penambahan modal tersebut.
Dua pekan terakhir, CEO Deutsche Bank John Cryan berada dalam tekanan publik dan investor. Pekan lalu, Cryan mengatakan kepada investor bahwa perseroan tidak berencana menaikkan modal setelah Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) menjatuhi denda US$ 14 miliar.
"Penambahan modal akan menjadi langkah menyakitkan ketimbang penjualan aset yang juga bisa mendongkrak rasio modal," ujar Andreas Plaesier, analis Warburg Research.
Pemerintah Jerman dikabarkan akan membantu penyelesaian kasus Deutsche Bank dengan cara melobi otoritas AS. Tujuannya, mengurangi denda dari kewajiban awal US$ 14 miliar.