Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - HANOI. Ekspor Vietnam ke Amerika Serikat dan impor dari China mencatat rekor tertinggi sejak pandemi pada April 2025.
Menurut data Badan Statistik Vietnam dikutip Reuters, surplus perdagangan Vietnam dengan Amerika Serikat meningkat hampir 25% dalam empat bulan pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Data dari AS menunjukkan, pada bulan Maret saja surplus tersebut mencapai lebih dari US$ 13,5 miliar, angka bulanan tertinggi yang pernah tercatat.
Sejumlah eksekutif industri menyatakan produsen di Vietnam sedang mempercepat pengiriman ekspor ke AS untuk mengantisipasi potensi kenaikan tarif. Pada April, pengiriman ke Amerika Serikat mencapai lebih dari US$ 12 miliar, naik 34% dibandingkan tahun sebelumnya dan menjadi nilai tertinggi sejak pandemi COVID-19.
Baca Juga: Pasar Lokal Lesu, Polytron Bidik Ekspor Motor Listrik ke Vietnam Hingga Thailand
Pelabuhan laut dalam Cai Mep di Vietnam, yang menangani sebagian besar ekspor laut negara itu ke Amerika Serikat, mengalami lonjakan pengiriman. Wakil Presiden SSA Marine, Soren Pedersen, mengatakan pelabuhan tersebut melayani perusahaan pelayaran besar seperti Maersk, MSC, dan COSCO telah mencatat 26 keberangkatan mingguan ke AS yang telah dijadwalkan untuk Mei, rekor tertinggi dari rata-rata 20–22 kapal per minggu.
"Sebagian besar terminal kontainer kini beroperasi pada atau mendekati kapasitas penuh," ujar Pedersen, mencerminkan persiapan pelaku industri menghadapi kemungkinan kenaikan tarif.
Di sisi lain, impor Vietnam dari China juga mencetak rekor baru pasca-pandemi pada April, melampaui US$ 15 miliar menurut data bea cukai. Dalam beberapa tahun terakhir, ekspor Vietnam ke AS sangat bergantung pada pasokan bahan baku dan komponen dari China. Nilai dan fluktuasi impor dari Beijing menunjukkan hubungan erat dengan ekspor Vietnam ke Washington.
Impor barang China yang sebagian besar berupa bahan mentah atau komponen industri naik hampir 31% pada April dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, produksi industri Vietnam tumbuh sebesar 8,9% di periode yang sama.
Baca Juga: Ribuan Warga Vietnam Turun ke Jalan, Rayakan 50 Tahun Berakhirnya Perang Vietnam
Peningkatan ekspor Vietnam ini terjadi di tengah ancaman Amerika Serikat yang dinilai paling besar di antara negara lain. Pejabat Gedung Putih menuding Vietnam menjadi titik transit bagi barang-barang buatan China yang dikirim ke AS, tanpa memberikan nilai tambah yang cukup untuk memenuhi syarat label “Made in Vietnam.”
Sebagai tanggapan, pemerintah Vietnam mulai memperketat pengawasan terhadap transshipment ilegal sejak April, termasuk dengan meningkatkan kontrol atas barang impor dan penerbitan sertifikat asal barang.
Vietnam saat ini menghadapi risiko pengenaan tarif hingga 46% atas ekspornya ke Amerika Serikat jika Gedung Putih menetapkan angka tersebut pada akhir masa penangguhan tarif global pada Juli 2025.
Kebijakan ini dikhawatirkan akan mengganggu pertumbuhan ekonomi Vietnam dan merugikan perusahaan multinasional yang memproduksi di negara tersebut, termasuk Samsung dan Nike. Untuk menghindari beban tarif yang tinggi, Hanoi telah beberapa kali mengajukan tawaran kepada pemerintahan Trump, termasuk dengan memperketat pengawasan terhadap praktik transshipment ilegal barang-barang China yang dikirim ke Amerika Serikat melalui Vietnam.
Barang-barang yang dilabeli “Made in Vietnam” mendapatkan tarif lebih rendah. Namun demikian, tren perdagangan yang sebelumnya mendapat kritik dari Amerika Serikat justru terus meningkat yang dapat menyulitkan upaya Vietnam untuk mendapatkan kelonggaran dalam negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung.
Baca Juga: Erablue Resmikan Toko ke-100, Dubes Vietnam Soroti Peran Dunia Usaha dalam Kemitraan