Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - Sejumlah merek produk mewah memberi diskon besar di China. Diskon ini belum pernah terjadi sebelumnya. Ini mencerminkan kepanikan persediaan tidak terjual karena konsumen lokal tak tertarik belanja. Tas Balenciaga di China didiskon hingga 40%. Diskon ini jauh lebih besar dari diskon yang terjadi di tahun lalu. Merek barang mewah lain, seperti Versace, Givenchy dan Burberry, juga melakukan hal serupa. Bahkan diskon di toko online besar mencapai 50%.
Mulai bulan ini, pembeli di China dapat membeli produk tas ikonik Balenciaga versi kecil berwarna krem dan bermotif buaya seharga US$ 1.947, atau diskon 35%, di platform e-commerce milik Alibaba Group Holding Tmall Ltd. Harga tersebut lebih murah dibandingkan harga di situs resmi secara global dan platform mewah, Farfetch.
Balenciaga, salah satu merek produk mewah perusahaan Prancis, Kering SA, rata-rata memberi diskon 40%. Diskon Balenciaga saat ini jauh lebih tinggi dari diskon di periode sama tahun lalu, yang hanya 30%.
Baca Juga: Penjualan Lelang Karya Seni Melemah, Sotheby's dan Christie's Lakukan PHK
Tren serupa juga terjadi pada merek mewah lain. Versace dari Capri Holdings Ltd, Givechy dari LVMH, dan Burberry Group PLC juga memangkas harga lebih dari setengahnya di Tmall dan platform e-commerce domestik China lain bulan ini.
Rata-rata diskon Versace lebih dari 50% tahun ini, naik dari tahun lalu yang hanya 40%. Versace dan beberapa merek premium lain juga telah menawarkan diskon dengan jangka waktu lebih lama tahun ini, dibandingkan 2023.
Efeknya produk yang terjual melonjak hingga ratusan persen di empat bulan pertama. Selama ini tidak pernah ada perang harga di merek barang mewah, karena para label menjaga citra eksklusivitas dan nilai produk. "Jarang sekali kami melihat merek mewah mencoba menghabiskan stok di outlet atau melalui penjualan pribadi," ujar sumber Bloomberg.
Baca Juga: Belanja Perpajakan Diramal Capai Rp 421,82 Triliun pada 2025, Begini Kata Pengamat
Strategi ini menggarisbawahi kesulitan yang dihadapi rumah mode global di China akibat perlambatan ekonomi. Padahal banyak merek mewah mengandalkan China untuk meningkatkan pendapatan dan kinerja. Kelas menengah di negara ini, yang kerap jadi pasar barang mewah global, tidak bisa diandalkan karena mereka tengah berhemat.
Produsen barang mewah kelas atas lain, seperti Hermes International SCA, Chanel dan LVMH's Louis Vuitton, bernasib lebih baik. Mereka memilih tidak memberi diskon, membatasi paparan e-commerce dan fokus membina klien. Gucci, Prada dan Miu Miu juga tidak menawarkan diskon. "Meskipun diskon membantu mengosongkan inventaris dalam jangka pendek, pemotongan harga dapat mengusir klien VIP yang didambakan," kata Angelito Perez Tan, pendiri CEO RTG Group Asia.
Namun, diskon harus ditempuh karena pendapatan online berkontribusi hampir setengah dari pendapatan barang mewah China tahun lalu. Sebagian besar belanja online konsumen terjadi di Tmall. Selain itu, pasar China berkontribusi cukup besar.
Kering pada April lalu sudah memperingatkan potensi penurunan laba semester I sebanyak 45%. Penurunan ini karena lemahnya penjualan Gucci di China. Saham Burberry berkurang lebih dari separuhnya karena melemahnya permintaan dari China dan AS. Chanel juga menyebut tengah dalam kondisi tertekan.
Baca Juga: Mengenal Bernard Arnault, Raja Bisnis Fashion Mewah yang Jadi Orang Terkaya di Dunia