kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Distribusi vaksin corona di AS dikabarkan ricuh


Selasa, 29 Desember 2020 / 16:31 WIB
Distribusi vaksin corona di AS dikabarkan ricuh
ILUSTRASI. Vaksinasi corona di Amerika Serikat. Stephen Dunn/Pool via REUTERS


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indonesia mesti menyusun skema distribusi vaksin Covid-19 dengan baik. Sebab beberapa negara yang sudah memulai distrbusi justru menuai kericuhan macam di Amerika Serikat yang tak memprioritaskan pemberian vaksin kepada pekerja medis maupun pasien positif.

Pekerja medis dan pasien positif pada rumah sakit di Massachusetts, New York, Arizona, California misalnya tak jadi prioritas pemberian vaksin. Sebaliknya, orang yang justru sehat maupun minim terkena eksposur dari pasien positif justru telah menerima vaksin. 

“Ini merupakan tamparan keras buat kita," ujar Jennifer DeVincent suster di Mass General Brigham yang pernah membantu kelahiran seorang pasien positif Covid-19.

Baca Juga: Xi Jinping: Hubungan China-Rusia akan semakin kuat di tengah krisis

Skema distribusi di Mass General Brigham misalnya mewajibkan ara pekerja medisnya mendaftar di sebuah aplikasi untuk mendapat vaksin. Tiap orang kemudian dikelompokkan untuk memprioritaskan mereka yang paling berisiko, namun rencana tersebut justru dikelompokkan berdasarkan pangkat. Sementara para pekerja medis berpangkat rendah diminta untuk mengatur secara mandiri.

Sejak awal skema distribusi macam ini sejatinya memang bermasalah. Terlepas dari masalah teknis seperti aplikasi yang sering terganggu. Para pekerja medis juga tak punya banyak waktu untuk melakukan pendaftaran lantaran padatnya jam kerja. Pun saat ada luang, pendaftaran via aplikasi membludak sehingga terus mengalami kegagalan. 

“Ini menjadi tak terkendali, mereka memiliki jam kerja paling lama justru kesulitan mendapatkan jadwal vaksin,” sambung DeVincent dikutip dari npr.org.

Frustasi DeVincent kemudian berubah menjadi kemarahan saat mengetahui bahwa para atasannya di level manajer, koordinator yang minim paparan pasien positif justru sudah mendapatkan jadwal vaksin. 

Konteks ini justru dibantah oleh Direktur Medis IGD Mass General Bringham Paul Biddinger yang menjelaskan pekerja medis berpangkat tinggi tak serta merta memiliki kontak yang minim dengan pasien positif. Sebab mereka biasanya tak cuma bekerja di satu rumah sakit. 

Baca Juga: Korea Utara uji coba rudal balistik antarbenua di awal Pemerintahan Joe Biden?

Ia juga menambahkan sistem pangkat sejatinya memang dibutuhkan buat rumah sakit yang memiliki lebih dari 80.000 pekerja.

“Saya cukup kecewa pekerja medis lain merasa ditinggalkan. Hal seperti ini memang cukup kompleks untuk menakar siapa bekerja dimana, karena ada beberapa staf di rumah sakit ini yang bekerja dengan tugas berbeda di rumah sakit lain,” ungkap Paul

Biddinger melanjutkan dari catatan rumah sakit, terhitung sedikit orang yang bukan prioritas telah mendapat jadwal. Jikapun ada terjadi sekadar karena kesalahpahaman. Pun ia bilang pihaknya berkomitmen untuk memperbaiki kinerja aplikasi pendaftaran. 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×