Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Nilai dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada Selasa (28/10/2025) menjelang serangkaian rapat bank sentral yang diperkirakan akan menghasilkan penurunan suku bunga di AS.
Sementara investor tetap berhati-hati menunggu hasil tur Asia Presiden Donald Trump yang diharapkan membawa kemajuan dalam kesepakatan dagang dengan China.
Sinyal awal meredanya ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia mendorong reli aset berisiko pada awal pekan ini, dengan dolar tertekan terhadap sejumlah mata uang utama.
Baca Juga: Strategy, Perusahaan Bitcoin Michael Saylor Dapat Rating Junk Bond dari S&P Global
Namun, pelaku pasar masih ragu bahwa pertemuan Trump–Xi akan menghasilkan kesepakatan besar yang dapat benar-benar mengubah arah hubungan dagang AS–China.
Fokus pasar tertuju pada pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan pada Kamis mendatang.
“Saya sangat menghormati Presiden Xi, dan saya yakin kita akan mencapai kesepakatan,” ujar Trump kepada wartawan di dalam pesawat Air Force One sebelum mendarat di Tokyo.
Sementara itu, pejabat China tetap berhati-hati dan belum memberikan banyak komentar terkait arah pembicaraan perdagangan tersebut. Ketidakpastian ini membuat pergerakan pasar valuta asing relatif tenang sepanjang pekan.
Euro sempat menyentuh level tertinggi dalam sepekan di US$1,1655 pada perdagangan Selasa pagi, sementara poundsterling berada di kisaran US$1,3344.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya tercatat stabil di level 98,786 setelah melemah 0,15% pada sesi sebelumnya.
Baca Juga: Harga Emas Spot Bertahan di Dekat Level Terendah Dua Pekan pada Selasa (28/10) Pagi
“Saya tidak berpikir pasar keuangan memiliki ekspektasi tinggi bahwa pertemuan Trump–Xi akan menghasilkan kesepakatan dagang komprehensif,” ujar Carol Kong, analis mata uang di Commonwealth Bank of Australia.
Namun, lanjutnya, tanda-tanda kemajuan dalam pembicaraan dan potensi penurunan tarif oleh AS sudah cukup untuk meningkatkan sentimen risiko di pasar.
Fokus ke Rapat The Fed
Pasar kini menanti hasil rapat Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.
Namun, perhatian utama tertuju pada sinyal apakah bank sentral AS akan mulai mengakhiri program pengetatan likuiditas (quantitative tightening).
Baca Juga: Menjelang KTT Trump–Xi, Dolar AS Kian Perkasa, Yen Tertekan
Pelaku pasar juga akan mencermati pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell terkait arah kebijakan moneter berikutnya, terutama di tengah berlanjutnya penutupan sebagian pemerintahan AS yang membuat data ekonomi resmi sulit diperoleh.
Para trader memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga lanjutan pada Desember.
“Kami tidak berharap adanya panduan resmi soal rapat Desember, namun jika Powell ditanya, kemungkinan besar ia akan merujuk pada proyeksi September yang mengindikasikan satu kali lagi pemangkasan suku bunga,” ujar David Mericle, Kepala Ekonom AS di Goldman Sachs.
Yen dan Mata Uang Asia Menguat
Yen Jepang menguat ke posisi ¥152,42 per dolar menjelang rapat Bank of Japan (BoJ) akhir pekan ini. BoJ diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap rendah, dengan fokus pasar tertuju pada kemungkinan sinyal waktu kenaikan suku bunga berikutnya.
Selain itu, Trump juga dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri baru Jepang, Sanae Takaichi, pada Selasa untuk membahas isu perdagangan bilateral.
Baca Juga: Mata Uang Asia Bergerak Tipis Rabu (22/10) Pagi, Rupiah Melemah ke Level Rp16.600
Di Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) hampir pasti mempertahankan suku bunga pada Kamis, sementara pelaku pasar masih menimbang peluang pelonggaran kebijakan pada tahun depan.
Dari kawasan Asia-Pasifik, dolar Australia naik tipis 0,11% menjadi US$0,6563, level tertinggi dalam dua pekan terakhir, sementara dolar Selandia Baru menguat ke US$0,5778.
“Tidak banyak faktor global yang tampaknya mampu menggoyahkan reli pasar saat ini,” kata Chris Weston, Kepala Riset Pepperstone.
“Dengan penutupan pemerintah AS yang membatasi rilis data ekonomi utama, serta pemangkasan suku bunga The Fed di tengah ekonomi yang masih tangguh, investor cenderung terus membeli aset berisiko.”













