Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Dolar AS kembali menguat pada perdagangan Jumat (7/11/2025) di kawasan Asia setelah sempat melemah sehari sebelumnya.
Penguatan ini terjadi di tengah pelemahan poundsterling dan yen Jepang, serta sentimen negatif dari data perdagangan China yang lebih lemah dari ekspektasi.
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,1% menjadi 99,796.
Baca Juga: Ekspor China Tumbang, Dampak Tarif Tinggi AS Mulai Terasa
Meskipun sedikit pulih, indeks masih bergerak dalam kisaran sempit yang bertahan sejak Agustus.
“Pasar saat ini seperti berjalan dalam kabut karena hanya mengandalkan data sektor swasta,” ujar Christopher Wong, analis valuta asing di OCBC Singapura.
Menurutnya, tidak ada tren besar yang jelas di pasar dolar, sehingga pergerakan mata uang Asia lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen global.
Absennya laporan non-farm payrolls (NFP) akibat penutupan sebagian pemerintahan AS membuat pelaku pasar beralih ke data swasta yang menunjukkan penurunan tenaga kerja di sektor pemerintahan dan ritel selama Oktober.
Meningkatnya adopsi kecerdasan buatan (AI) dan efisiensi biaya turut mendorong gelombang PHK, memicu spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan 10 Desember mendatang.
Baca Juga: Tesla Akan Bangun Pabrik Chip AI Raksasa, Elon Musk: Mungkin Bersama Intel
Menurut CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga naik menjadi 70%, dibanding 62% sehari sebelumnya.
Namun, Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee memperingatkan agar tetap berhati-hati.
“Saat kondisi tidak pasti, sebaiknya kita melambat sedikit,” ujarnya kepada CNBC.
Di pasar mata uang Asia, dolar menguat 0,2% terhadap yen menjadi ¥153,27, setelah data menunjukkan belanja rumah tangga Jepang hanya naik 1,8% pada September, di bawah perkiraan 2,5%.
Dolar Australia stagnan di US$0,6478, sedangkan dolar Selandia Baru (kiwi) melemah 0,2% ke US$0,5620.
Baca Juga: Pemangkasan Penerbangan di AS Picu Kepanikan Maskapai dan Penumpang
Poundsterling turun 0,2% ke US$1,3119, setelah Bank of England menahan suku bunga pada pertemuan terakhir dengan keputusan tipis 5-4, di mana Gubernur Andrew Bailey memberikan suara penentu.
Sementara itu, euro turun 0,1% ke US$1,1535, menjauh dari level tertinggi satu pekan.













