Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Serangan bersenjata di dekat Gedung Putih yang menewaskan seorang anggota Garda Nasional membuat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump murka.
Trump pun akan "menghentikan sementara secara permanen" migrasi dari semua "Negara Dunia Ketiga", menyusul serangan bersenjata di dekat Gedung Putih tersebut. Trump mengaitan serangan ini dengan kegagalan pemeriksaan imigrasi era Joe Biden.
Trump tidak menyebutkan nama negara mana pun atau menjelaskan apa yang ia maksud dengan negara dunia ketiga atau "menghentikan sementara secara permanen". Ia mengatakan rencana tersebut akan mencakup kasus-kasus yang disetujui di bawah pemerintahan mantan Presiden Joe Biden.
"Saya akan menghentikan migrasi secara permanen dari semua negara dunia ketiga agar sistem AS dapat pulih sepenuhnya, menghentikan jutaan penerimaan ilegal selama pemerintahan Biden. Termasuk yang ditandatangani Joe Biden, dan mendeportasi siapa pun yang bukan aset bersih bagi Amerika Serikat," tulis Trump di platform media sosialnya, Truth Social seperti dikutip Reuters, Jumat (28/11/2025).
Baca Juga: Mengapa Dinar Kuwait Tetap Jadi Mata Uang Terkuat Dunia pada 2025?
Trump mengatakan ia akan mengakhiri semua tunjangan dan subsidi federal untuk "non-warga negara". Ia menambahkan akan "mendenaturalisasi migran yang merusak ketenangan dalam negeri" dan mendeportasi setiap warga negara asing yang dianggap sebagai beban publik, risiko keamanan, atau "tidak sesuai dengan peradaban barat."
Gedung Putih dan Layanan Kewarganegaraan dan Imigrasi AS tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters soal ini.
Komentar Trump tersebut menyusul tewasnya seorang anggota Garda Nasional yang ditembak di dekat Gedung Putih dalam penyergapan yang menurut para penyelidik dilakukan oleh seorang warga negara Afghanistan.
Sebelumnya, pejabat dari Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengatakan, Trump telah memerintahkan peninjauan menyeluruh terhadap kasus-kasus suaka yang disetujui di bawah pemerintahan Biden dan Kartu Hijau yang dikeluarkan untuk warga negara dari 19 negara.
Terduga pelaku penembakan tersebut diberikan suaka tahun ini di bawah pemerintahan Trump, menurut berkas pemerintah AS yang dilihat oleh Reuters.
Imigran Afghanistan tersebut, yang diidentifikasi sebagai Rahmanullah Lakanwal, 29 tahun, telah memasuki AS pada tahun 2021 melalui program pemukiman kembali.
Program pemukiman kembali dibentuk oleh Biden setelah penarikan militer AS dari Afghanistan pada Agustus 2021 yang menyebabkan runtuhnya pemerintahan Afghanistan secara cepat dan pengambilalihan negara tersebut oleh Taliban.
Dalam unggahan terpisah sebelum pengumuman tersebut, Trump mengklaim bahwa ratusan ribu orang membanjiri AS tanpa "pemeriksaan dan pengawasan" selama apa yang ia gambarkan sebagai evakuasi udara "mengerikan" dari Afghanistan.
Baca Juga: Memo Rahasia Verizon Bocor: 13.000 Karyawan Dipecat Sekaligus
Layanan Kewarganegaraan dan Imigrasi AS pada hari Rabu menghentikan pemrosesan semua permintaan imigrasi terkait warga negara Afghanistan tanpa batas waktu.
"Tujuan-tujuan ini akan dikejar dengan tujuan mencapai pengurangan signifikan dalam populasi ilegal dan mengganggu," kata Trump.
Penembakan pasukan AS di tanah Amerika oleh seorang imigran diperkirakan akan memiliki implikasi yang luas di seluruh lanskap politik Amerika.
Menindak tegas imigrasi legal maupun ilegal telah menjadi fokus utama Trump, dan kasus ini memberinya kesempatan untuk memperluas perdebatan melampaui legalitas hingga mencakup pemeriksaan imigran yang lebih ketat.













