Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Presiden terpilih AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin diperkirakan akan melakukan panggilan telepon dalam beberapa hari atau minggu mendatang.
Reuters memberitakan, Trump, yang akan kembali sebagai presiden AS pada 20 Januari, menganggap dirinya sebagai pembuat kesepakatan ulung.
Trump telah berjanji untuk segera mengakhiri perang di Ukraina tetapi tidak menjelaskan bagaimana ia dapat mencapainya.
Anggota Kongres AS Mike Waltz, penasihat keamanan nasional yang baru, mengatakan kepada ABC pada hari Minggu (12/1/2025) bahwa perang memakan banyak korban jiwa seperti Perang Dunia Pertama dengan konsekuensi Perang Dunia Ketiga.
"Semua orang tahu bahwa ini harus diakhiri dengan cara diplomatis," jelas Waltz, seorang loyalis Trump yang juga bertugas di Garda Nasional sebagai kolonel.
Menurutnya, merupakan hal yang tidak realistis untuk mengatakan bahwa AS akan mengusir setiap warga Rusia dari setiap jengkal tanah Ukraina, bahkan Krimea.
"Presiden Trump telah mengakui kenyataan itu, dan menurut saya, merupakan langkah maju yang besar bahwa seluruh dunia mengakui kenyataan itu. Sekarang mari kita melangkah maju," tambahnya.
Baca Juga: Modal Ekonomi AS di Bawah Donald Trump: Antara Stabilitas dan Risiko Kebijakan
Ketika ditanya secara khusus tentang kontak antara Trump dan Putin, Waltz berkata: "Saya memang mengharapkan seruan, setidaknya dalam beberapa hari dan minggu mendatang. Jadi, itu akan menjadi sebuah langkah dan kita akan melanjutkannya dari sana."
Invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 telah menewaskan puluhan ribu orang, membuat jutaan orang mengungsi, dan memicu keretakan terbesar dalam hubungan antara Moskow dan Barat sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962.
Para pejabat AS menganggap Rusia sebagai negara otokrasi korup yang merupakan ancaman terbesar bagi Amerika Serikat dan telah mencampuri pemilu AS, memenjarakan warga negara AS atas tuduhan palsu, dan melakukan kampanye sabotase terhadap sekutu AS.
Tonton: Trump Kembali ke Gedung Putih, Tiongkok dan militernya Persiapkan Langkah Besar
Para pejabat Rusia mengatakan bahwa AS merupakan kekuatan yang sedang menurun dan telah berulang kali mengabaikan kepentingan Rusia sejak pecahnya Uni Soviet pada tahun 1991.
Rusia juga menilai bahwa AS menebar perpecahan di dalam Rusia yang merupakan upaya untuk memecah belah masyarakat Rusia dan memajukan kepentingan AS.