Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SAN FRANSISCO. Perusahaan pengiriman DoorDash Inc membayar lebih dari US$ 5 juta untuk menyelesaikan penyelidikan atas dugaan pelanggaran undang-undang perburuhan di San Fransisco. Adapun, sebagian besar uang tersebut akan masuk ke pekerja pengiriman.
Jaksa Kota San Francisco David Chiu bilang, DoorDash akan membayar lebih dari US$ 5,3 juta berdasarkan perjanjian. Sekitar US$ 5,1 juta akan diberikan kepada hampir 4.500 pekerja DoorDash yang menyelesaikan pengiriman di San Francisco antara 2016 dan 2020.
"Kita hidup melalui era ketidaksetaraan yang mendalam, dan tidak ada yang lebih penting daripada memastikan pekerja dibayar dengan adil dan tunjangan mereka terlindungi," kata Chiu seperti dikutip dari Reuters, Selasa (23/11).
Meski sepakat untuk membayar, DoorDash tidak mengakui kesalahan apa pun dan dalam sebuah pernyataan justru mengatakan bangga dengan peluang penghasilan fleksibel yang ditawarkannya kepada pekerja pengirimannya.
Baca Juga: Tile Inc diakuisisi oleh Life360 dengan kesepakatan mencapai US$ 205 juta
"Meskipun kami menyangkal melakukan kesalahan, kami merasa bahwa penyelesaian ini merupakan kompromi yang adil yang akan memungkinkan kami untuk fokus untuk terus memberikan pengalaman terbaik bagi Dashers," kata perusahaan itu.
Sekadar informasi, kota tersebut membuka penyelidikan formal terhadap DoorDash pada 2019 setelah laporan media mengatakan perusahaan menggunakan tip pelanggan untuk mensubsidi gaji pokok pekerja.
Mereka menuduh DoorDash melanggar undang-undang terkait tunjangan perawatan kesehatan dan membayar gaji saat cuti sakit dengan salah mengklasifikasikan pekerja sebagai kontraktor independen, bukan karyawan.
Penyelesaian ini adalah bagian dari pertarungan yang lebih besar antara perusahaan gig economy dan anggota parlemen, yang memuncak dalam inisiatif pemungutan suara California pada November 2020, di mana para pemilih memilih status pekerja sebagai kontraktor independen, sambil memberi mereka beberapa keuntungan.
Masalah terkait status pekerja di DoorDash, Uber, Lyft, dan perusahaan lainnya terus berlanjut di seluruh Amerika Serikat, di Kanada, dan Eropa.
Perusahaan mengatakan mayoritas pekerja tidak ingin menjadi karyawan dan menikmati fleksibilitas yang ditawarkan oleh pekerjaan sesuai permintaan.