Sumber: Telegraph | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Inspeksi ini merupakan bagian dari kunjungan langka ke Ukraina untuk mengecek kondisi gardu listrik yang menyuplai tiga PLTN yang masih beroperasi.
Invasi Rusia selama ini memunculkan kekhawatiran besar soal keamanan situs nuklir Ukraina, terutama PLTN Zaporizhzhia yang kini diduduki Rusia, PLTN terbesar di Eropa dan salah satu dari 10 terbesar di dunia. Serangan-serangan di sekitar fasilitas itu terus terjadi, dan Kyiv menuding Moskow bermain-main dengan risiko bencana.
Pada September, Zaporizhzhia sempat bergantung pada generator diesel selama sebulan setelah terputus dari jaringan listrik utama Ukraina. Ada kekhawatiran Rusia sengaja menciptakan krisis untuk memperkuat kendali mereka.
Keith Kellogg, utusan Ukraina dari pemerintahan Donald Trump, mengatakan bahwa nasib Zaporizhzhia menjadi salah satu titik tarik ulur terbesar dalam negosiasi damai, selain masa depan wilayah Donbas di timur.
Ia menyatakan cukup optimistis: “Kalau dua isu itu bisa diselesaikan, saya rasa sisanya akan mengikuti dan menemukan titik terang.”
Tonton: Ironi Sawit di Sumatra: Kebanggaan Prabowo vs Bencana Lingkungan
Kesimpulan
1. Serangan drone Rusia merusak kubah pelindung Chernobyl sehingga fungsi utamanya untuk menahan radiasi melemah.
2.Saat ini belum ada kenaikan radiasi, tetapi risiko kebocoran debu radioaktif meningkat. Struktur semakin rentan.
3.Perbaikan besar hanya bisa dilakukan di 2026 dan pemulihan total menunggu perang berakhir.
4. Insiden ini menegaskan kembali rapuhnya infrastruktur nuklir Ukraina di tengah konflik, terutama dengan risiko lebih besar dari PLTN Zaporizhzhia.













