Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua dompet Bitcoin yang telah "tidur" selama lebih dari satu dekade tiba-tiba aktif kembali minggu lalu, memindahkan masing-masing 10.000 BTC senilai lebih dari US$1,1 miliar atau sekitar Rp18 triliun per dompet. Aktivitas ini sontak menjadi sorotan komunitas kripto global.
Mengutip Unilad, dompet yang dikenal dengan alamat sebagian ‘12tLs...xj2me’ dan ‘1KbrS...AWJYm’ tersebut tidak pernah menunjukkan aktivitas transaksi sejak tahun 2011, saat harga Bitcoin masih sekitar US$0,78.
Investasi awal senilai hanya sekitar US$7.793 (sekitar Rp125 juta saat itu) kini menjelma menjadi kekayaan luar biasa berkat lonjakan harga Bitcoin lebih dari 13 juta persen selama 14 tahun terakhir.
Kedua dompet tersebut memindahkan Bitcoinnya ke alamat baru dalam rentang waktu 30 menit pada hari Kamis (3 Juli) dan Jumat (4 Juli) 2025. Sejak saat itu, belum ada aktivitas lanjutan yang tercatat.
Baca Juga: Elon Musk Bentuk Partai Politik Baru di AS, Pro Bitcoin!
Siapa Pemiliknya Masih Misteri
Identitas pemilik dua dompet "whale" tersebut masih belum diketahui. Dalam dunia kripto, istilah "whale" mengacu pada seseorang atau entitas yang memegang aset digital dalam jumlah besar dan mampu memengaruhi pasar dengan aktivitas transaksinya.
Menurut platform pemantau blockchain Whale Alert yang pertama kali mendeteksi transaksi ini.
"Alamat tidur yang berisi 10.000 BTC (US$1.092.973.486) baru saja diaktifkan kembali setelah 14,3 tahun. Pada tahun 2011, nilainya hanya US$7.793."
Aktivasi dompet kripto yang telah lama tidak aktif seperti ini tergolong langka dan sangat menarik perhatian komunitas karena bisa berdampak besar terhadap pasar jika aset tersebut dijual.
Tren Aktivasi Dompet Lama Meningkat di 2025
Menurut laporan dari Onchain School, kuartal pertama tahun 2025 menunjukkan peningkatan signifikan dalam pergerakan dompet Bitcoin tua. Sebanyak 62.800 BTC berusia lebih dari 7 tahun telah dipindahkan antara Januari–Maret 2025—naik 121% dibanding periode yang sama di tahun 2024.
"Yang luar biasa adalah tingkat pengendalian diri yang dibutuhkan untuk menyimpan aset tersebut selama lebih dari satu dekade di tengah berbagai siklus pasar," ujar Caroline Bowler, CEO BTC Markets kepada MarketWatch.
Baca Juga: Bitcoin Diprediksi Tembus US$130.000 pada Agustus 2025, Ini Analisisnya
Akankah Bitcoin Ini Dijual?
Bowler menyebutkan bahwa jika Bitcoin tersebut dijual, akan ada dampak besar terhadap pasar. Namun, penjualan dalam jumlah besar biasanya dilakukan melalui mekanisme OTC (over the counter) agar tidak mengguncang harga pasar secara drastis.
“Tampaknya sangat tidak mungkin seseorang akan langsung menjual 10.000 BTC dalam satu transaksi,” tambahnya.
Ia juga menyoroti bahwa masih banyak dompet Bitcoin besar yang tidak pernah aktif kembali karena kemungkinan pemiliknya telah kehilangan akses. Oleh karena itu, setiap kali dompet besar seperti ini kembali aktif, selalu menjadi perhatian besar di komunitas kripto.