Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan kesehatan dunia WHO sebelum ini sempat keliru dalam menyikapi penyebaran virus corona atau SARS‑CoV‑2.
Wabah COVID-19 pertama kali diidentifikasi pada bulan Desember 2019 lalu di kota Wuhan, China. WHO akhirnya resmi mendeklarasikan wabah ini sebagai pandemi pada 11 Maret 2020 lalu.
Saat ini, data WHO menunjukkan, sudah ada 12.627.214 kasus COVID-19 di seluruh dunia dengan 564.553 pasien meninggal.
Dalam penanganannya sejak awal tahun ini, WHO sudah mengeluarkan sejumlah protokol kesehatan untuk menghalau penyebaran dan mencegah penularan. Sayangnya, sejumlah pernyataan yang sempat dikeluarkan WHO sejauh ini dianggap tidak sesuai. Bahkan WHO akhirnya merevisi sendiri protokol yang mereka buat.
Berikut ini beberapa kesalahah WHO tentang corona yang sempat dipublikasikan selama pendemi.
Baca Juga: Pejabat WHO: Lihat kasus AIDS sebagai panduan untuk mengatasi pandemi virus corona
1. Orang sehat tidak perlu memakai masker
Sejak awal hal ini memang cukup menimbulkan perdebatan di berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia.
Mengutip Kompas.com, representatif WHO di Indonesia, Dr. N. Paranietharan menegaskan bahwa orang yang dalam keadaan sehat tidak perlu memakai masker.
"Sekali lagi, orang sehat tidak perlu pakai masker," ungkap Paranietharan saat sesi diskusi bersama media di Jakarta, Kamis (5/3), seperti dikutip dari Kompas.com.
Ia meyakinkan kalau masker hanya wajib digunakan oleh orang yang sedang sakit atau mulai mengalami gejala sakit seperti batuk atau bersin-bersin.
Baca Juga: WHO peringatkan virus corona belum terkendali