Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah melonjak lebih dari 15% ke level tertinggi dalam hampir empat bulan terakhir di pembukaan perdagangan pada Minggu (16/9), setelah serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi, Sabtu (15/9) yang membakar lebih dari 5% pasokan minyak global.
Mengutip Reuters, minyak berjangka Brent melonjak lebih dari 19% ke US$ 71,95 per barel pada pembukaan perdagangan Minggu (16/9) waktu New York. Sementara minyak Amerika Serikat (AS) naik lebih dari 15% ke US$ 63,34 per barel. Kedua harga ini merupakan yang tertinggi sejak Mei 2019 lalu.
Kenaikan harga ini juga setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan, ia mengotorisasi pelepasan minyak dari Cadangan Minyak Strategis AS (SPR) jika diperlukan dalam jumlah tertentu menyusul serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi.
Baca Juga: Skema terburuk, harga minyak bisa ke US$ 100 per barel
Raksasa minyak Arab Saudi, Aramco menyatakan, serangan itu memangkas produksi sebesar 5,7 juta barel per hari, saat mereka sedang mencoba untuk mempersiapkan diri untuk perhelatan IPO yang disebut-sebut sebagai penjualan saham terbesar di dunia.
Aramco tidak memberikan batas waktu untuk memulai kembali produksi. Sebuah sumber yang dekat dengan masalah ini menyebutkan kepada Reuters, untuk kembali ke kapasitas produksi penuh bisa memakan waktu minggu, bukan hari.
Meski begitu, ekspor minyak Arab Saudi akan berlanjut seperti biasa pada pekan ini. Arab Saudi bakal memanfaatkan stok dari fasilitas penyimpanannya yang besar. Sumber dari industri menjelaskan tentang perkembangan tersebut kepada Reuters.
"Lonjakan harga adalah reaksi spontan alami. Dan, ke depan harga bergantung pada kemampuan untuk mempertahankan produksi pada tingkat yang tinggi yang tergantung pada durasi pemadaman, kemampuan untuk memenuhi komitmen ekspor melalui penarikan stok domestik, elastisitas permintaan dengan harga yang lebih tinggi, serta pemerintah dan kebijakan agensi,” kata Michael Tran, Direktur Pelaksana Strategi Energi RBC Capital Markets di New York.
“Bahkan, jika pemadaman berlangsung dengan cepat, ancaman mengesampingkan hampir 6% dari produksi minyak global tidak lagi hipotetis, angsa hitam, atau ekor gemuk. Selamat datang kembali risiko premium," imbuh Tran.
Baca Juga: Dituduh berada di balik serangan fasilitas Aramco, Iran siap berperang dengan AS
Menurut seorang pejabat senior AS, serangan terhadap pabrik-pabrik di jantung industri minyak Arab Saudi, termasuk fasilitas pemrosesan minyak bumi terbesar di dunia, datang dari arah Iran, dan rudal jelajah mungkin telah digunakan.
kata konsultan Energy Aspects dalam sebuah catatan. Aramco kemungkinan akan membeli dalam jumlah besar bensin, solar, dan bahan bakar minyak lainnya sambil memotong ekspor liquefied petroleum gas (LPG).