Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Malaysia melaporkan 35 kasus virus corona baru di sebuah pusat penahanan imigrasi pada hari Kamis, setelah pihak berwenang menangkap migran ilegal bulan ini di daerah-daerah yang dikunci.
Dilansir dari Reuters, PBB telah menyerukan Malaysia untuk menghentikan pemberantasan itu, yang dinilai telah menyebarkan ketakutan di antara komunitas migran di negara dengan ekonomi terbesar ketiga di Asia Tenggara ini.
Baca Juga: Kabar baik, keadaan darurat corona di Tokyo bisa dicabut pada pekan depan
Malaysia sendiri sejauh ini melaporkan 7.059 kasus corona dengan 114 kematian.
Pihak berwenang Malaysia telah menahan lebih dari 1.800 migran dalam setidaknya dua penggerebekan sebagai bagian dari upaya untuk menahan penyebaran virus corona.
Namun hal ini malah meningkatkan kekhawatiran bahwa mereka dapat meningkatkan risiko infeksi di pusat-pusat penahanan yang penuh sesak.
Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan bahwa ada 35 kasus yang dikonfirmasi di pusat penahanan imigrasi Bukit Jalil, yang terletak di pinggiran ibukota Kuala Lumpur, dari 645 orang yang ditahan di satu blok penahanan tersebut.
Baca Juga: Beri vonis hukuman mati via Zoom, Singapura dikecam
"Sumber infeksi masih dalam penyelidikan. Kita perlu menyelidiki secara rinci sebelum membuat komentar," kata Direktur Jenderal kementerian Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah.
Noor Hisham mengatakan, 35 kasus positif termasuk 17 orang dari Myanmar, 15 dari India dan masing-masing satu orang dari Sri Lanka, Bangladesh dan Mesir.
Mereka ditahan sebelum Malaysia memberlakukan pembatasan pergerakan dan pembatasan bisnis pada 18 Maret, yang bertujuan menahan penyebaran pandemi.
Baca Juga: China siapkan triliunan dolar untuk dongkel AS sebagai penguasa teknologi global
Felipe Gonzalez Morales, Pelapor Khusus PBB tentang hak asasi migran mengatakan bahwa pendekatan Malaysia tidak membantu untuk mengekang pandemi virus corona.
"Kampanye penindasan dan kebencian saat ini sangat merusak upaya untuk memerangi pandemi di negara ini," katanya.