kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,84   -10,68   -1.14%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Duh, para CEO perusahaan makin pesimistis terhadap pertumbuhan global


Senin, 27 Januari 2020 / 15:42 WIB
Duh, para CEO perusahaan makin pesimistis terhadap pertumbuhan global
ILUSTRASI. Logo PricewaterhouseCoopers (PwC) di sebuah papan di St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF 2017) 2017 di St. Petersburg, Rusia, 1 Juni 2017.


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki dekade baru, para chief executive officer (CEO) menunjukkan rekor pesimisme terhadap perekonomian global. Sebanyak 53% memprediksikan, pertumbuhan ekonomi global akan menurun pada 2020.

Angka tersebut merupakan tingkat pesimisme tertinggi sejak PwC mulai menggelar survei pada 2012. Untuk 2019, PwC melakukan wawancara dengan 1.581 CEO di 83 negara selama September hingga Oktober lalu.

Tingkat pesismime 2020 naik dari 29% pada 2019 dan hanya 5% di 2018. Sebaliknya, jumlah CEO yang memproyeksikan peningkatan pertumbuhan ekonomi turun, dari 42% pada 2019 menjadi hanya 22% di 2020.

Baca Juga: Total harta miliarder dunia melorot Rp 5.432 triliun

Pesimisme CEO atas pertumbuhan ekonomi global terutama sangat signifikan di Amerika Utara, Eropa Barat, dan Timur Tengah, Masing-masing 63%, 59%, dan 57% memproyeksikan pertumbuhan lebih rendah di tahun ini.

“Melihat ketidakpastian yang masih membayangi akibat ketegangan perdagangan, masalah geopolitik, dan belum tercapainya kesepakatan tentang bagaimana perubahan iklim akan dihadapi, penurunan keyakinan terhadap pertumbuhan ekonomi tidak mengejutkan, bahkan meskipun skala perubahan pada sentimen tersebut bisa dikatakan mengejutkan," kata Bob Moritz, Chairman PwC, dalam keterangan tertulis, Senin (27/1).

Menurut Moritz, tantangan-tantangan yang perekonomian global hadapi tersebut bukanlah hal baru. Tapi,skala dan kecepatan eskalasi dari beberapa tantangan tersebut merupakan hal anyar.

Baca Juga: Kekayaan miliarder peserta pertemuan Davos tahun ini mencapai US$ 175 miliar

Pada sisi yang lebih positif, walau ada rekor pesimisme terhadap pertumbuhan ekonomi global di antara para pemimpin bisnis, masih ada peluang nyata yang bisa mereka garap.

"Dengan strategi yang cerdas, fokus yang tajam pada ekspektasi para pemangku kepentingan yang terus berubah, dan pengalaman yang telah banyak dibangun selama 10 tahun terakhir dalam lingkungan yang menantang, para pemimpin bisnis bisa menghadapi penurunan ekonomi dan terus berkembang,” ujar Moritz.

Toh, para CEO juga tidak begitu positif soal prospek perusahaan mereka di tahun ini. Hanya 27% CEO yang mengatakan, mereka “sangat percaya diri” atas pertumbuhan organisasi mereka selama 12 bulan ke depan. Ini tingkat terendah yang PwC amati sejak 2009 dan turun dari 35% pada tahun lalu.

Baca Juga: Nilai akuisisi dan merger industri otomotif global naik dua kali lipat pada 2018

Sementara tingkat keyakinan secara umum turun di seluruh dunia. Ada variasi yang luas dari satu negara ke negara yang lain. CEO di China dan India menunjukkan tingkat keyakinan tertinggi di antara negara-negara besar, masing-masing 45% dan 40%.

Sedang tingkat keyakinan CEO di Amerika Serikat (AS) sebesar 36%, Kanada 27 %, Inggris 26%, Jerman 20%, Prancis 18%. Dan, Jepang memiliki CEO dengan optimisme terendah, hanya 11% yang sangat percaya diri terhadap peningkatan pendapatan pada 2020.

Ketika ditanya tentang prospek pertumbuhan pendapatan perusahaan mereka, perubahan sentimen CEO telah terbukti menjadi prediktor yang sangat baik untuk pertumbuhan ekonomi global.

Baca Juga: Asia Tenggara Menjadi Tempat Investasi Terfavorit di Tahun 2019

Menurut analisis atas proyeksi CEO yang PwC lakukan sejak 2008, terdapat korelasi yang sangat erat antara kepercayaan CEO dalam pertumbuhan pendapatan mereka selama 12 bulan dan pertumbuhan aktual yang perekonomian global capai.

Jika analisis tersebut terus berlaku, pertumbuhan global bisa melambat menjadi 2,4% pada 2020, atau berada di bawah banyak perkiraan termasuk IMF yang pada Oktober 2019 lalu memprediksikan sebesar 3,4%.




TERBARU

[X]
×