Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - MANILA. Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengeluarkan retorika keras terkait sampah yang dikirim dari Kanada ke negaranya selama bertahun-tahun.
Diwartakan BBC Rabu (24/4), Manila sudah mengirimkan nota protes dua kali kepada Kanada. Masing-masing pada 2013 dan 2014 atas kiriman berton-ton sampah.
Kanada seperti dikutip Reuters via Asia One bereaksi dengan menyatakan pengiriman kapal itu merupakan transaksi bisnis yang tidak didukung pemerintah. Ottawa menyatakan mereka sangat berkomitmen untuk membereskan isu sampah itu, dan siap bekerja sama dengan Filipina untuk segera mencari solusi.
Presiden berjuluk Digong itu mengkritik sikap Kanada yang berlarut-larut seraya mengeluhkan negara kawasan Amerika Utara sudah menjadikan Filipina sebagai "tempat sampah".
"Untuk masalah sampah Kanada, saya sudah meminta agar disiapkan sebuah kapal," kata Duterte.
"Kanada, ambil sampahmu atau saya bakal mengembalikannya sendiri," ancamnya.
"Mari kita saling berhadapan Kanada. Saya bakal menyuarakan pendapat saya dengan keras terhadap mereka," terang mantan Wali Kota Davao tersebut.
Presiden Duterte dikenal sebagai sosok yang kontroversial dengan gaya bicara ceplas-ceplos. Sering kali disertai dengan beberapa makian kepada obyek isu.
Komentar Duterte muncul setelah otoritas setempat mengatakan terdapat kapal yang membawa kontainer ke Pelabuhan Kontainer Internasional Manila dari perusahaan Kanada.
Label kontainer itu menyatakan isinya adalah plastik daur ulang. Namun setelah dibuka, petugas lokal mengungkapkan ternyata sampah rumah tangga.
Saat inspeksi diketahui sampah itu terdiri dari kantong maupun botol plastik, sampah rumah tangga, hingga popok bagi orang dewasa yang digunakan sekali pakai.
Pada 2016, pengadilan Filipina memerintahkan agar sampah-sampah itu bisa dikembalikan ke Kanada dengan biaya bakal ditanggung oleh pihak yang mengimpor. (Ardi Priyatno Utomo)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Duterte: Kanada, Ambil Sampahmu atau Saya Kembalikan Sendiri”