kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi India dianggap tak mampu atasi gejolak militer dengan China


Kamis, 03 September 2020 / 08:54 WIB
Ekonomi India dianggap tak mampu atasi gejolak militer dengan China
ILUSTRASI. Tentara pebatasan India terlihat berjaga di sektor Ranbr Singh Pura dekat Jammu, perbatasan dengan Pakistan.


Sumber: Global Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Belakangan ini ketegangan antara China dan India di wilayah perbatasan semakin memuncak. Pengiriman pasukan militer terus dilakukan kedua negara ke wilayah Himalaya yang menjadi sumber konflik.

Bahkan India, pada hari Rabu (2/9), mengklaim bahwa satu orang pasukannya tewas akibat serangan pasukan China. Di sisi lain, China membantah keras klaim tersebut.

Dalam konflik ini India dianggap menjadi pihak yang lemah. Wajar saja, kekuatan militer China saat ini memang lebih unggul dari India.

Kondisi perekonomian India yang sedang ada di titik terendah akibat pandemi juga membuat India mesti berpikir panjang untuk mengambil tindakan agresif di perbatasan.

Baca Juga: China: Tak ada tentara India yang tewas dalam bentrokan perbatasan terbaru

Melansir dari Global Times, PDB India anjlok 23,9% dalam tiga bulan hingga akhir Juni lalu. Penurunan ini merupakan yang terburuk sejak India mulai mencatat PDB triwulan pada tahun 1996.

Anjloknya perekonomian India ini tidak lepas dari kondisi pandemi yang sangat buruk di negara tersebut. India saat ini masih menjadi negara dengan jumlah korban terbesar ketiga di dunia.

Sayangnya, di tengah kemerosotan ekonomi ini PM Narendra Modi justru belum menunjukkan upaya untuk menutup kerugian. Sebalinya, ia justru berusaha terus meingkatkan pengeluaran, terutama di sektor pertahanan.

Baca Juga: Konflik makin panas, ini dia perbandingan kekuatan militer China dan India

Pilihan Modi memang cukup masuk akal jika melihat kondisi geopolitik India-China yang saat ini sedang memburuk. Tapi para pakar ekonomi menilai bahwa keputusan tersebut tidak masuk akal.

Kalaupun dipaksakan, ekonomi India tetap tidak akan mampu memberi dukungan lebih pada konflik perbatasan yang mungkin akan segera memburuk.

Pada hari Senin (31/8), pasukan India sekali lagi secara ilegal melintasi Garis Kontrol Aktual (LAC) di tepi selatan Danai Pangong dan jalur gunung Reqin.

Mobilisasi pasukan melalui wilayah LAC membutuhkan biaya yang mahal dan dapat menghabiskan anggaran. Pasokan logistik dan kebutuhan lain, termasuk bahan bakar, jelas akan menguras tabungan India.

Baca Juga: Pasukan khusus militer India tewas di perbatasan, New Delhi dan Beijing saling tuding

Pemerintah India melalui Kepala Staf Pertahanan Jenderal Bipin Rawat, sebelumnya telah mengklaim bahwa pasukan India siap untuk ditempatkan di segala kondisi, termasuk musim dingin.

Pernyataan petinggi militer India ini sedikit diragukan mengingat kondisi ekonomi India yang sedang rapuh. Pemerintah seolah mengabaikan kebutuhan ratusan juta warganya yang makin miskin selama pandemi.

India dianggap perlu menyadari betul dampak ekonomi yang nyata dari konflik perbatasan ini, termasuk jika perang terjadi nantinya. Logistik dan segala pasokan militer akan terasa sangat mahal terlebih distribusi di musim dingin mendatang pastinya memerlukan usaha ekstra.  Jika pemerintah India belum mampu memulihkan kondisi ekonomi domestiknya, maka penanganan konflik perbatasan pun akan semakin sulit.

Baca Juga: Hulu ledak nuklir China bertambah, Pentagon mulai gelisah




TERBARU

[X]
×