Sumber: Bloomberg | Editor: Sandy Baskoro
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Mata uang dollar Singapura agaknya masih berada dalam tekanan. Proyeksi itu lantaran tantangan pasar global masih mendominasi, meski otoritas Singapura mulai melonggarkan kebijakan karantina di wilayah setempat.
Pasangan dollar AS-dollar Singapura (USD/SGD) gagal menembus level batas technical support dalam sebulan terakhir. Data pada pekan ini, ekonomi Singapura kuartal I 2020 berpotensi kontraksi 1,8% year-on-year (yoy), mengacu estimasi median para ekonom yang disurvei Bloomberg.
Baca Juga: Hong Kong kembali diguncang aksi demonstrasi tolak UU keamanan nasional
Seirama dengan penurunan ekonomi Singapura, valuta Negeri Merlion itu telah tertekan oleh dampak negatif wabah corona (Covid-19). Dollar Singapura menyusut lebih dari 5% terhadap greenback pada tahun ini.
Pemerintah Singapura memproyeksikan produk domestik bruto mereka akan menyusut 1% hingga 4% di sepanjang 2020.
"Kami melihat tantangan signifikan ke depan bagi dollar Singapura, mengingat mereka adalah salah satu negara dengan ekonomi paling terbuka di kawasan (Asia Tenggara) ini," kata Divya Devesh, strategist Standard Chartered Plc, seperti dikutip Bloomberg, Senin (25/5).
Baca Juga: Brasil kini jadi hotspot wabah corona terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat
Prospek pertumbuhan dan perdagangan global masih melemah, juga penurunan tajam indeks manufaktur global. "Kami berharap peningkatan baru-baru ini dalam ekspor domestik non-minyak Singapura akan berbalik arah," ujar Devesh.
Secara tak terduga, ekspor Singapura pada April meningkat dalam dua bulan berturut-turut. Kenaikan ekspor tersebut menurut data yang dirilis pada 18 Mei 2020, terutama karena lonjakan ekspor obat-obatan. Pemerintah Singapura mengatakan pengiriman cenderung fluktuatif.
Otoritas Moneter Singapura (MAS) membiarkan mata uang dollar Singapura melemah berdasarkan kebijakan per 30 Maret lalu. Langkah tersebut dalam upaya mendukung ekonomi yang bergantung pada perdagangan. MAS tidak menetapkan rate, tetapi mengelola mata uang terhadap mitra dagang utama sebagai alat kebijakan.
Nilai tukar nominal efektif dollar Singapura, yang menjadi fokus MAS, mulai Mei berada pada tingkat yang sama saat keputusan Maret. Hal ini menunjukkan masih ada ruang bagi mata uang tersebut untuk melemah lebih lanjut.
Baca Juga: Jepang akan tambah stimulus baru lebih dari US$ 929 miliar untuk menahan efek corona
Pasangan USD/SGD diperdagangkan 1,4222 pada Jumat (23/5) pukul 5:20 malam waktu setempat, atau naik lebih dari 1% ketimbang level terendahnya pada 30 April di posisi 1,4070. Kegagalan menembus level support membuka peluang untuk memacu lebih tinggi menuju level resistance tertinggi pada 6 April yakni di posisi 1,4417.
Namun, tekanan mata uang tersebut harus sedikit dikurangi karena ekonomi domestik mulai meningkat dan memungkinkan bagi Singapura untuk menggairahkan bisnis yang akan dibuka kembali pada 2 Juni.
Baca Juga: Wabah corona timbulkan ketidakpastian, China hilangkan target pertumbuhan ekonomi
Berikut adalah data dan kegiatan ekonomi utama Asia yang akan dirilis minggu ini:
Senin, 25 Mei: Tidak ada rilis ekonomi utama.
Selasa, 26 Mei: Produksi industri, CPI dan PDB Singapura di kuartal I 2020, neraca perdagangan Selandia Baru, indeks aktivitas seluruh industri Jepang, survei kepercayaan konsumen Korea Selatan.
Rabu, 27 Mei: Pekerjaan konstruksi Australia di kuartal I 2020, laporan stabilitas keuangan dan konferensi pers Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ), rilis keuntungan industri China, survei bisnis manufaktur/non-manufaktur Korea Selatan.
Kamis, 28 Mei: Belanja modal swasta Australia di kuartal I 2020, kepercayaan bisnis Selandia Baru, keputusan suku bunga Bank of Korea.
Jumat, 29 Mei: PDB India kuartal I 2020, kredit sektor swasta Australia, kepercayaan konsumen Selandia Baru, penjualan ritel, produksi industri, tingkat pengangguran, kepercayaan konsumen dan CPI Jepang, produksi industri Korea Selatan, neraca perdagangan dan neraca pembayaran Thailand.