Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKWA. Pada pekan ini, Rusia mengejutkan dunia dengan mengumumkan vaksin virus corona pertama di dunia. Vaksin ini telah berhenti diuji coba setelah diujikan hanya kepada 38 orang, untuk kemudian di produksi massal sebagai vaksin yang disetujui pihak regulator.
Berdasarkan data resmi, vaksin tersebut memiliki efek samping yang dirasakan oleh 38 peserta yang diuji, yaitu meliputi nyeri badan, bengkak.
Menurut kantor berita Fontanka yang dilansir dari Daily Mail pada Rabu (12/8/2020), vaksin virus corona dari Rusia "tidak diketahui" efektivitasnya, meski digadang-gadang sebagai vaksin virus corona pertama di dunia setelah diteliti dalam jangka waktu hanya 42 hari.
Baca Juga: 20 Negara berminat beli vaksin Covid-19 Rusia
Salah satu dokumen yang diajukan ke pihak regulator untuk pendaftaran vaksin virus corona itu, dikabarkan "tidak ada studi klinis yang dilakukan untuk mempelajari keefektifan epidemiologis".
Sementara, Presiden Rusia Vlidimir Putin telah mengklaim bahwa vaksin virus corona ciptaan dalam negerinya telah lulus "semua tes yang diperlukan" dalam memproduksi massal. Ada pun pertanyaan yang timbul tentang kemampuan vaksin ini untuk membuat antibodi yang cukup dapat melawan virus corona.
Setelah Putin menginjeksi putrinya sendiri dengan vaksin tersebut. Rusia telah menjadikan penemuan vaksin virus corona, sebagai aspek prestise nasional dan menamainya "Sputnik-V" seperti satelit luar angkasa Soviet. Oleh karena itu, memicu kekhawatiran bahwa aspek keselamatan akan dikompromikan demi citra Rusia.
Baca Juga: WHO: Hingga kini, kami belum punya informasi cukup soal vaksin Rusia
Para ilmuwan kemarin mengkritik Putin karena tindakan "sembrono dan bodoh", yang menurut mereka dapat memperburuk pandemi, jika vaksin terbukti berbahaya atau tidak efektif. Putin mengatakan putrinya tidak menderita efek samping yang lebih buruk daripada suhu tinggi, tapi Fontanka menyebutkan ada daftar panjang tentang "efek samping" (AE) yang terjadi "sering dan sangat sering" dari vaksin virus corona tersebut.