Sumber: AP | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Direktur FBI Christopher Wray pada Senin (31/1) malam mengakui, saat ini ancaman dari China terasa lebih berani dan merusak dari sebelumnya. Wray menyoroti upaya China dalam mencuri informasi dan melakukan serangan dunia maya.
Kepala FBI menambahkan, AS akan terus menganggap China sebagai ancaman terbesar bagi keamanan ekonomi negara, bahkan ketika masalah Rusia dan Ukraina terus berkembang saat ini.
Dilansir dari Associated Press, Wray mengungkapkan, saat ini FBI bisa membuka kasus baru untuk melawan operasi intelijen China setiap 12 jam. Pemerintah China disebut semakin rajin mencuri data pribadi dan perusahaan.
"Saat menghitung penyelidikan kami, ada lebih dari 2.000 di antaranya berfokus pada pemerintah China yang mencoba mencuri informasi atau teknologi kami. Tidak ada negara lain yang memberikan ancaman lebih luas terhadap ide, inovasi, dan keamanan ekonomi kita selain China," kata Wray.
Baca Juga: Biden: Qatar Harus Menjadi Sekutu Utama Non-NATO untuk AS
Berbicara di Perpustakaan Kepresidenan Ronald Reagan, Wray menyebutkan, perusahaan China saat ini semakin maju dengan teknologi yang didapat secara ilegal. Di saat yang bersamaan, perusahaan dan pekerja AS terus dibuat semakin tertinggal.
"Kerugian itu, seperti kegagalan perusahaan dan kehilangan pekerjaan, telah dibangun China selama satu dekade. Ini adalah kerugian yang dirasakan di seluruh negeri, oleh pekerja di berbagai industri," lanjut Wray.
Tajamnya tuduhan AS ini tentunya telah berulang kali dibantah oleh China. Pada Juli lalu, Kedutaan China di Washington mengatakan, AS telah melemparkan pernyataan yang tidak berdasar dan fitnah kejam tentang serangan siber.
Lebih berani dan lebih merusak
Wray, yang telah memimpin FBI sejak 2017, mengatakan, ancaman dari China saat ini sudah sampai ke tahap yang baru dan lebih berani.
Baca Juga: Hubungi Jokowi, Xi Jinping Berharap Hubungan China dan Indonesia Semakin Erat
"Saya telah berbicara banyak tentang ancaman ini sejak menjadi direktur pada 2017. Ancaman ini telah mencapai tingkat yang baru, lebih berani, lebih merusak, daripada sebelumnya. Sangat penting bagi kita untuk fokus pada ancaman," Wray menambahkan.
Kecurigaan AS pada China tampaknya dimulai pada tahun 2014. Saat itu, Departemen Kehakiman mendakwa lima perwira militer China atas tuduhan meretas ke perusahaan-perusahaan besar AS.
Satu tahun kemudian, AS dan China mengumumkan kesepakatan di Gedung Putih untuk tidak saling mencuri kekayaan intelektual atau rahasia dagang untuk keuntungan komersial.
Tahun-tahun berikutnya, AS semakin gencar melontarkan tuduhan spionase terhadap China, terutama yang berkaitan dengan peretasan dan pencurian teknologi.