kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.169   31,00   0,19%
  • IDX 7.055   71,46   1,02%
  • KOMPAS100 1.056   15,44   1,48%
  • LQ45 830   13,30   1,63%
  • ISSI 213   1,17   0,55%
  • IDX30 424   7,51   1,80%
  • IDXHIDIV20 510   8,12   1,62%
  • IDX80 120   1,73   1,46%
  • IDXV30 125   0,86   0,70%
  • IDXQ30 141   2,17   1,56%

Filipina Harapkan Intervensi AS Jika China Mengambil Bangkai Kapal Peninggalan PD II


Kamis, 19 September 2024 / 17:09 WIB
Filipina Harapkan Intervensi AS Jika China Mengambil Bangkai Kapal Peninggalan PD II
ILUSTRASI. Ketegangan di Laut China Selatan semakin meningkat seiring dengan seringnya terjadi bentrokan antara kapal-kapal Tiongkok dan Filipina. Penjaga Pantai China/Handout melalui REUTERS


Sumber: businessinsider.com | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan di Laut China Selatan semakin meningkat seiring dengan seringnya terjadi bentrokan antara kapal-kapal Tiongkok dan Filipina.

Di tengah eskalasi ini, Filipina menetapkan batas yang tegas: jika China berusaha merebut pos terdepan berupa kapal perang tua yang menjadi penanda wilayah kedaulatan Filipina, yaitu BRP Sierra Madre, Filipina berharap Amerika Serikat akan turun tangan.

Langkah tersebut berpotensi membawa dampak besar, menjadikan perselisihan yang telah berlangsung lama antara Filipina dan China di kawasan tersebut berubah menjadi krisis besar.

BRP Sierra Madre: Penanda Kedaulatan Filipina

Dalam wawancara terbaru dengan CBS News 60 Minutes, Menteri Pertahanan Nasional Filipina, Gilberto Teodoro, menjelaskan bahwa Filipina dan Amerika Serikat saat ini sedang berdiskusi mengenai skenario-skenario yang dapat memicu keterlibatan AS di tengah meningkatnya ketegangan antara Manila dan Beijing.

Baca Juga: Raja Malaysia Bakal Sambangi China, Hal Ini yang Jadi Incaran

Salah satu titik krusial, menurut Teodoro, adalah jika China mengambil alih BRP Sierra Madre, kapal perang tua yang sengaja dikandaskan untuk menandai wilayah maritim Filipina. "Jika China mengambil Sierra Madre, itu adalah tindakan perang yang jelas terhadap kapal Filipina," ujarnya.

BRP Sierra Madre, sebuah kapal pendarat tank era Perang Dunia II kelas LST-542 yang dulunya dimiliki oleh Angkatan Laut AS dan kemudian Vietnam sebelum dialihkan ke Filipina, sengaja dikandaskan oleh Filipina di Second Thomas Shoal untuk menjadi penanda wilayah kedaulatannya.

Kapal ini tetap menjadi pos terdepan dengan sejumlah marinir Filipina yang bertugas di sana, sebagai simbol kedaulatan Filipina di Laut China Selatan.

Upaya China untuk Menghalangi Resupply Filipina

China berulang kali menargetkan misi pengiriman ulang logistik ke pos terdepan tersebut. Pada bulan Juni, kapal-kapal dan kru China yang bersenjatakan senjata tajam menyerang kapal-kapal Filipina di dekat Sierra Madre.

Baca Juga: Junta Militer Myanmar Buka Pintu Bantuan Asing Pasca Diterjang Topan Yagi

Insiden ini mengikuti bentrokan sebelumnya di mana kapal-kapal China menabrak kapal Filipina atau menyemprotkan meriam air. Konfrontasi-konfrontasi ini terus berlangsung, semakin memicu kekhawatiran akan eskalasi yang lebih besar.

Aliansi Pertahanan AS-Filipina

Filipina dan Amerika Serikat memiliki perjanjian pertahanan bersama yang menyatakan bahwa jika salah satu pihak diserang, pihak lainnya akan memberikan bantuan. Hingga saat ini, insiden-insiden yang terjadi belum mencapai tingkat yang mengharuskan keterlibatan langsung AS.

Namun, kemungkinan keterlibatan Amerika tetap terbuka. Baru bulan lalu, Komandan Komando Indo-Pasifik AS, Laksamana Samuel Paparo, menyatakan bahwa kapal-kapal AS bisa saja mengawal kapal-kapal Filipina dalam misi resupply ke Sierra Madre. Ia menyebut langkah tersebut sebagai "opsi yang sangat masuk akal" berdasarkan perjanjian tersebut.

China mengklaim kedaulatan atas sebagian besar Laut China Selatan, meskipun klaim tersebut tidak diakui oleh hukum internasional. Dalam beberapa tahun terakhir, China semakin gencar berupaya menegaskan otoritasnya di kawasan tersebut, yang sering kali membawa mereka ke dalam konflik dengan Filipina. Manila sendiri menegaskan bahwa perilaku Beijing melanggar zona ekonomi eksklusif Filipina.

Baca Juga: AS Tingkatkan Persenjataan Antikapal untuk Hadapi China di Indo-Pasifik

Latar Belakang Ketegangan di Indo-Pasifik

Tindakan China terhadap Filipina juga terjadi di tengah ketegangan yang lebih luas di kawasan Indo-Pasifik. Negara-negara sekutu dan mitra AS lainnya telah menuduh Beijing melanggar wilayah udara dan perairan mereka atau mengganggu pesawat-pesawat mereka yang beroperasi di wilayah udara internasional.

Dalam konteks ini, Laut China Selatan menjadi salah satu titik paling panas dalam perselisihan geopolitik yang berpotensi memicu konflik lebih besar di masa depan.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×