Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Tri Adi
Tidak cepat puas dengan pertumbuhan penjualan menjadi kunci kesuksesan miliarder muda, Frank Wang. Pria asal China ini terus berinovasi dengan membuat produk baru agar bisa bersaing dengan kompetitor dari China ataupun dari luar China. Tak hanya inovasi, Wang juga mengembangkan pasar bisnis ke luar China. Kerja kerasnya membuahkan hasil dan membawanya masuk jajaran orang kaya dunia versi majalah Forbes dan bertengger di urutan nomor 466.
Hendak mewujudkan mimpi masa kecil, Frank Wang pun merintis bisnis pesawat berkamera tanpa awak (drone) sejak masuk bangku kuliah. Pilihan bisnis Wang rupanya jitu. Sebagai produk baru, drone langsung booming dan permintaannya tinggi. Tak ayal, bisnis Wang pun cepat berkembang. Bahkan, dalam usia 35 tahun, Wang sudah menjelma menjadi miliarder kaya raya.
Dajiang Innovation Technology Co. (DJI), perusahaan yang didirikan Wang berhasil menguasai pasar drone dunia. Kantor berita China, Xinhua menyebutkan, DJI saat ini menguasai 70% pangsa pasar drone dunia.
Produk drone buatan Wang telah menjelajah dunia. Kontribusi pendapatan drone produksi DJI sebanyak 70% berasal dari luar Asia. Rinciannya, 30% pendapatan berasal dari Amerika Serikat, 30% berasal Eropa dan sisanya 10% merupakan campuran berasal dari Amerika Latin dan Afrika.
Padahal saat mendirikan DJI pada 2006 bersama dua temannya, Wang harus menghadapi banyak masalah. Yang paling berat saat Wang berpisah dengan pendiri DJI yang lain. Untungnya, Wang segera menemukan partner baru yakni dosen pembimbingnya saat kuliah.
Pada tahun 2009, bisnis DJI kian berkembang. Terlebih, DJI mulai menjual produknya ke luar China. Di akhir tahun 2009, penjualan drone DJI mencapai US$ 500.000.
Tahun-tahun berikutnya pendapatan DJI makin melimpah. DJI mencatatkan penjualan hampir berkali-kali lipat menjadi US$ 26 juta di 2012.
Meski penjualan di luar China terus meroket. Itu tak membuat Wang puas. Pada 2013, DJI mengeluarkan model baru yaitu Phantom DJI. Merek anyar ini dilego dengan harga US$ 679 per unit dan ternyata digemari pasar.
Pada tahun lalu, pendapatan DJI mencapai US$ 500 juta. Jika dihitung sejak awal berdiri hingga akhir tahun lalu, omzet DJI meningkat lebih dari 7.900%. Nilai perusahaan DJI juga meningkat menjadi US$ 10 miliar di tahun lalu. Jumlah pegawai DJI sudah mencapai 1.000 orang dengan kantor di Shenzen, Hong Kong, Los Angeles, Rotterdam, Tokyo dan Kobe. Wang berambisi, DJI bisa mendunia seperti Alibaba dan Xiaomi.
Inovasi dan terus memperbarui fitur produk menjadi kunci sukses Wang menjalankan bisnisnya yang berbasis teknologi ini. Inovasi yang dilakukan oleh DJI antara lain menambah fitur autopilot yang membuat drone DJI lebih mudah dikendalikan.
Selain inovasi, Wang terus memperluas pasar dengan mengikuti banyak pameran dan kerjasama dengan beberapa komunitas drone di seluruh dunia. Wang juga memasarkan Phantom di toko ritel online selain toko konvensional.
Wang memandang penting inovasi. Pasalnya, banyak kompetitor bermunculan baik dari China maupun dari luar China. Di pasar China sendiri, Wang menyebut, ada dua penantang kuat baik untuk produk drone segmen entry level maupun versi premium. Salah satunya, perusahaan yag berbasis di Sillicon Valley yakni 3D Robotic dengan produknya bermerek Solo. Beberapa pegawai Wang yang ikut dalam proses pendirian DJI bahkan keluar dan bergabung ke 3D Robotic.
Maka itu, DJI terus mengembangkan fitur, terutama kamera drone yang digunakan dalam produk merek Phantom agar bisa berkompetisi dengan kamera Go Pro milik 3D Robotic.
Sejak awal, Wang memang ingin membuat kamera sendiri. Agar berkualitas DJI tengah melobi produsen cip kamera Go Pro agar memasok cip kepada DJI.
Ke depan, Wang mengatakan, DJI akan fokus ke bisnis yang belum banyak dijamah investor yaitu membuat produk drone untuk kebutuhan pertanian dan industri.
(Bersambung)