Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Elissa Miolene (27), warga New York City yang pernah terinfeksi Covid-19, juga merasakannya. Ini sudah lebih dari 115 hari setelah ia dites positif, namun Elissa masih merasakan gejala-gejala yang sama.
"Bagiku, hidup saat ini adalah tentang bangun di tengah malam dan menangis karena aku merasakan sangat sakit tetapi tidak tahu kenapa," katanya.
Elissa dulunya adalah perempuan 20 tahunan yang aktif dan sehat. Namun kini, ia harus mengandalkan terapi fisik virtual untuk mengatasi nyeri punggung dan dada yang dirasakannnya.
Baca Juga: Waspada, gejala baru Covid-19 kini mirip penyakit berbahaya
"Aku tidak tahu kapan aku akan lebih baik. Tidak tahu kapan aku bisa merasakan diriku sendiri lagi, atau kapan bisa melakukan hal-hal yang aku sukai lagi," kata dia.
Sementara itu, warga asal Boise, Idaho, Amerika Serikat, Stephen Smith (64) adalah salah seorang pasien yang memiliki gejala bertahan paling aneh. Ia terkena infeksi Covid-19 pada Februari lalu setelah perjalanan dinas ke Asia. Kemudian ia merasakan demam, infeksi usus, kerontokan rambut, jempol kaki membengkak, dan sakit kepala.
Baca Juga: Kasus corona pecah rekor, IDI sudah prediksi penambahan kasus corona bakal tinggi
Tujuh bulan kemudian, ia masih merasakan sakit. "Kau harus percaya bahwa ini serius dan berpotensi membuatmu sangat sakit, dan dalam beberapa kasus bisa membunuhmu," kata Smith.
Lebih dari lima bulan setelah terinfeksi dalam sebuah kapal pesiar, warga lainnya, McCafferty (48), juga masih merasakan gejala sesak napas dan sangat mudah kelelahan. Ia mengaku kesulitan naik tangga untuk pergi ke toilet tanpa kehabisan napas.