Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
Beberapa rekahan baru telah terbuka dan mengeluarkan semburan uap. Sementara puluhan getaran terasa hingga Kota Tagaytay, tujuan wisata populer yang berjarak 32 km dari Gunung Taal.
"Jika terjadi letusan, tak seorang pun akan bisa kembali ke rumah mereka karena hancur," kata Renato Solidum, Direktur Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Philvocs).
"Ancamannya benar-benar nyata," katanya dalam konferensi pers, Selasa (14/1), seperti dilansir Reuters. Namun, banyak masyarakat yang menolak untuk mengindahkan peringatan itu.
Baca Juga: Gunung Api Taal di Filipina, kecil tapi mematikan
Di Kota Balete, yang berada di tepi zona bahaya, truk Palang Merah dikirim untuk membawa 1.000 penduduk, tetapi mereka hanya memuat 130 orang. Sebab, orang mengira mereka cukup jauh dari gunung berapi.
Seismolog mengatakan, ada kemungkinan letusan Gunung Taal bisa mereda. Tetapi, tanda-tanda masih menunjukkan ledakan hebat yang akan terjadi.
Saat mengunjungi Balate, Selasa (14/1), Presiden Rodrigo Duterte bercanda dengan menyebutkan, pemerintah bisa mencoba cara tradisional untuk menenangkan Gunung Taal.
Baca Juga: Gunung berapi di Filipina meletus, tsunami mengancam
"Anda harus pergi ke sana dan Anda tahu, berdoa sedikit dan menawarkan sesuatu. Mari kita lakukan dengan cara primitif seperti apa yang dilakukan nenek moyang kita," katanya seperti dikutip Inquirer.Net.
Taal sudah meletus lebih dari 30 kali dalam lima abad terakhir. Paling baru pada 1977 lalu. Letusan di 1754 silam berlangsung selama berbulan-bulan.