Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
Sebagai salah satu negara di dunia yang paling besar menggantungkan ekonominya pada ekspor, Singapura tidak punya pilihan selain mempercepat dua kali lipat agar status perdagangannya keluar dari krisis. "Kita selesai kalau kita terus tutup," tegas Heng.
Heng menegaskan kembali komitmen pemerintah untuk melakukan investasi infrastruktur, termasuk pengembangan yang lebih hijau dan inisiatif ketahanan pangan. Serangkaian kelompok industri yang dipimpin oleh pemerintah akan mengeksplorasi peluang baru di bidang-bidang seperti robotika, e-commerce dan digitalisasi rantai pasokan.
Baca Juga: Konflik militer China dengan Jepang bisa meletus gara-gara Kepulauan Senkaku
Stimulus yang diberikan Singapura dan investasi yang dijanjikan merupakan kejutan khusus dari negara itu karena selama ini mengelola pengeluaran fiskalnya secara tranditional prudent. Heng mengakui, dirinya tidak pernah memperkirakan akan memasang empat anggaran dengan total S$ 100 miliar hanya dalam 100 hari, dimana lebih dari separuhnya berasal dari cadangan masa lalu.
“Kami sangat berterima kasih kepada generasi kami yang lalu, yang darah, keringat, dan air matanya membuat kami memiliki cadangan keuangan yang dalam ini,” kata Heng.
Ini hanya kedua kalinya Singapura menggunakan simpanan nasionalnya. Pada 2009, pemerintah menerima persetujuan untuk menggunakan cadangan sebesar S$ 4,9 miliar untuk membantu mendanai paket dukungan pemerintah selama krisis keuangan global. Pemerintah membayar kembali jumlah yang ditarik ke cadangan pada 2011 setelah krisis berlalu.
Baca Juga: Kasus corona di India melonjak, New Delhi batalkan cuti staf medis