kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.754.000   -4.000   -0,23%
  • USD/IDR 16.840   -275,00   -1,66%
  • IDX 6.019   -491,26   -7,55%
  • KOMPAS100 850   -79,04   -8,51%
  • LQ45 674   -60,07   -8,18%
  • ISSI 185   -16,28   -8,08%
  • IDX30 356   -31,10   -8,04%
  • IDXHIDIV20 432   -36,24   -7,74%
  • IDX80 96   -8,99   -8,53%
  • IDXV30 102   -8,57   -7,72%
  • IDXQ30 117   -9,77   -7,70%

Harga Minyak Anjlok 2% Dekati Level Terendah di 4 Tahun, Terseret Kekhawatiran Resesi


Selasa, 08 April 2025 / 05:39 WIB
Harga Minyak Anjlok 2% Dekati Level Terendah di 4 Tahun, Terseret Kekhawatiran Resesi
ILUSTRASI. harga minyak mentah kompak lanjut melemah


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak anjlok 2% mendekati level terendah dalam 4 tahun pada awal pekan ini karena kekhawatiran tarif perdagangan terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dapat mendorong ekonomi di seluruh dunia ke dalam resesi dan mengurangi permintaan global untuk energi.

Senin (7/4), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juni 2025 ditutup turun US$ 1,37 atau 2,1% menjadi US$ 64,21 per barel. 

Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Mei 2025 ditutup melemah US$ 1,29 atau 2,1% ke US$ 60,70 per barel.

Hal itu mendorong kedua patokan harga minyak mentah itu yang turun sekitar 11% di minggu lalu, ke penutupan terendah sejak April 2021.

Sesi perdagangan tersebut ditandai oleh volatilitas ekstrem dengan harga intraday turun lebih dari US$ 3 per barel semalam dan naik lebih dari US$ 1 pada Senin pagi setelah sebuah laporan berita mengatakan Trump sedang mempertimbangkan jeda tarif selama 90 hari. 

Baca Juga: Harga Minyak Anjlok, Konflik Perdagangan AS-China Memicu Kekhawatiran Resesi

Namun, pejabat Gedung Putih dengan cepat membantah laporan tersebut, yang menyebabkan harga minyak mentah kembali ke zona merah.

Mengonfirmasi kekhawatiran investor bahwa perang dagang global telah dimulai, China, ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS, mengatakan pada hari Jumat akan mengenakan pungutan tambahan sebesar 34% pada barang-barang AS sebagai balasan atas tarif terbaru Trump.

Trump menanggapi bahwa AS akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50% pada China jika Beijing tidak menarik tarif balasannya pada AS, dan mengatakan "semua pembicaraan dengan China mengenai pertemuan yang diminta dengan kami akan dihentikan."

Sementara itu, Komisi Eropa mengusulkan tarif balasan sebesar 25% pada sejumlah barang AS pada hari Senin sebagai tanggapan atas tarif Presiden Donald Trump pada baja dan aluminium, sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen yang dilihat oleh Reuters.

Goldman Sachs memperkirakan peluang resesi sebesar 45% di AS selama 12 bulan ke depan, dan melakukan revisi ke bawah pada proyeksi harga minyak. Citi dan Morgan Stanley juga memangkas prospek harga Brent. JPMorgan mengatakan, pihaknya melihat peluang resesi sebesar 60% di AS dan secara global.

Selain meningkatnya kekhawatiran resesi, ada kekhawatiran yang berkembang bahwa kebijakan pemerintahan Trump akan menyebabkan harga barang meningkat.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Merosot, Menekan atau Menguntungkan APBN?

Gubernur Federal Reserve AS Adriana Kugler mengatakan sebagian kenaikan inflasi barang dan jasa pasar baru-baru ini mungkin merupakan "antisipasi" terhadap dampak kebijakan pemerintahan Trump, seraya menambahkan bahwa prioritas Fed adalah menjaga inflasi tetap terkendali.

Fed dan bank sentral lainnya menggunakan suku bunga yang lebih tinggi untuk memerangi inflasi. Namun, suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman konsumen dan dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak menurun.

REAKSI PEMASOK

Arab Saudi pada hari Minggu mengumumkan pemotongan tajam harga minyak mentah untuk pembeli Asia, sehingga harga turun pada bulan Mei ke level terendah dalam empat bulan.

"Ini menunjukkan keyakinan bahwa tarif akan merugikan permintaan minyak," kata analis PVM Tamas Varga. "Ini menunjukkan bahwa Saudi, seperti setiap orang dan anjingnya, memperkirakan keseimbangan penawaran dan permintaan akan terpengaruh dan mereka terpaksa memangkas harga jual resmi mereka."

Baca Juga: Wall Street Bervariasi: Dow, S&P 500 Kembali Melemah, Nasdaq Sukses Rebound

Menambah momentum penurunan, kelompok OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, memutuskan untuk memajukan rencana peningkatan produksi. Kelompok tersebut kini menargetkan untuk mengembalikan 411.000 barel per hari ke pasar pada bulan Mei, naik dari rencana sebelumnya sebesar 135.000 barel per hari.

Selama akhir pekan, para menteri OPEC+ menekankan perlunya kepatuhan penuh terhadap target produksi minyak dan meminta produsen yang kelebihan produksi untuk menyerahkan rencana paling lambat tanggal 15 April sebagai kompensasi atas pemompaan yang terlalu banyak.

Selanjutnya: Awal 2025, 508 Pinjol Ilegal Diblokir, Simak Daftar Pindar Legal Terdaftar OJK April

Menarik Dibaca: Resep Nasi Gulung Telur Simpel dan Bergizi, Bekal Anak Sekolah Bikin Lahap Makan



TERBARU

[X]
×