Sumber: CBSNews | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Seperti emas, perak mengalami lonjakan kuat sepanjang 2025. Pergerakan harga perak menarik perhatian investor logam mulia berpengalaman maupun pendatang baru yang mencari alternatif di tengah volatilitas pasar saham.
Meski harga perak tidak mencapai ribuan dolar per ons seperti emas, kenaikan persentasenya tetap terbilang luar biasa. Perak mengawali 2025 di kisaran US$ 30 per ons troi dan melonjak hingga sekitar US$ 70 per troy ons troi pada akhir Desember, atau naik lebih dari dua kali lipat dalam setahun.
Melansir CBS News, Lonjakan cepat ini bukan semata karena antusiasme investor. Kombinasi tekanan inflasi, keterbatasan pasokan, ketidakpastian geopolitik, serta meningkatnya permintaan industri turut mendorong kenaikan tajam harga perak. Selain itu, pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada akhir 2025 ikut meningkatkan minat terhadap aset keras (hard assets), memberi dorongan tambahan bagi perak.
Dengan harga yang kini mendekati level tertinggi historis, banyak investor bertanya-tanya apakah perak masih punya ruang untuk naik atau justru berpotensi mengalami fase pendinginan.
Lantas, bagaimana prospek perak di tahun 2026?
Baca Juga: Dolar Australia Menempel di Level Tertinggi 2025 Didukung Yield dan Harga Komoditas
Faktor yang mendorong harga perak pada 2026
Menurut para ahli, ada beberapa faktor yang dapat mendorong kenaikan harga perak pada 2026.
Inflasi yang tinggi atau kembali meningkat umumnya berkorelasi dengan kenaikan harga perak karena biaya ikut naik, jelas Peter Reagan, ahli strategi pasar keuangan di Birch Gold Group.
Meski inflasi belakangan menunjukkan tanda-tanda mereda, kenyataannya tingkat inflasi masih berada di atas target 2%. Artinya, ketidakpastian inflasi masih membayangi memasuki 2026 dan berpotensi memengaruhi harga perak.
“Tekanan inflasi kemungkinan akan terus meningkat, membuat perencanaan pensiun menjadi lebih sulit,” ujar Reagan. “Untuk perak, meskipun tidak ada yang pasti, meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan inflasi yang berlanjut membuka peluang kenaikan harga sekaligus permintaan yang lebih kuat di tahun depan.”
Joshua D. Glawson, content manager Money Metals Exchange, juga menilai harga perak masih berpotensi naik pada 2026, terutama seiring meningkatnya permintaan terhadap instrumen investasi seperti ETF logam mulia dan obligasi.
“ETF menciptakan ‘permintaan’ yang lebih besar dibandingkan ketersediaan fisik perak di atas permukaan,” kata Glawson.
Dia menambahkan, “Bahkan, beberapa pemerintah kini turut mempromosikan ETF perak, yang mendorong kenaikan harga kontrak berjangka dan harga spot perak. Prediksi saya—meski tentu tidak bisa melihat masa depan—harga perak akan terus naik pada 2026.”
Baca Juga: Trump Sebut Perdamaian Ukraina–Rusia Kian Dekat, Negosiasi Masuk Tahap Akhir
Faktor yang dapat menekan harga perak pada 2026
Sebaliknya, jika Federal Reserve kembali menaikkan suku bunga pada 2026, harga perak berpotensi turun. Lingkungan suku bunga tinggi meningkatkan imbal hasil instrumen lain seperti tabungan berbunga tinggi, sehingga investor bisa lebih memilih likuiditas dan imbal hasil tersebut ketimbang perak yang cenderung volatil. Hal ini dapat menurunkan permintaan terhadap perak.
Selain itu, perlambatan ekonomi AS dan penurunan aktivitas manufaktur global juga bisa menekan harga perak, ujar Henry Yoshida, CFP, CEO dan salah satu pendiri Rocket Dollar. Investor perlu mencermati penurunan permintaan konsumen dan industri, terutama jika kebijakan tarif membatasi impor dan mendorong kenaikan harga barang.
“Investor sebaiknya memantau tiga indikator utama yang memengaruhi harga perak: suku bunga riil, aktivitas manufaktur global, dan laju ekspansi energi terbarukan,” kata Yoshida. “Jika inflasi mendingin dan suku bunga tetap tinggi terlalu lama, harga perak akan tertinggal.”
Tonton: Harga Perak Melejit Lampaui Emas, Goldman Sachs Wanti-wanti Risiko
Kondisi yang membuat harga perak cenderung stabil pada 2026
Keseimbangan antara suku bunga acuan The Fed yang mulai mendatar dan perlambatan ringan permintaan industri dapat membuat harga perak bergerak stabil pada 2026.
“Jika permintaan industri melambat dan imbal hasil riil kembali naik, harga perak bisa bergerak mendatar atau bahkan terkoreksi dari level saat ini,” ujar Yoshida.
Kesimpulan
Mayoritas pakar memperkirakan harga perak masih berpeluang naik pada 2026. Dengan harga yang mendekati atau bahkan menembus rekor baru, perak kerap dipandang sebagai alternatif emas yang lebih terjangkau, dan anggapan ini ada benarnya. Namun, bagi investor yang ingin masuk ke aset ini, pemahaman yang matang tetap penting.
“Bagi investor jangka panjang, perak sebaiknya diposisikan sebagai instrumen diversifikasi portofolio, bukan sebagai taruhan jangka pendek,” tegas Yoshida.













