Sumber: History | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pemimpin kharismatik Uni Soviet, Vladimir Lenin, nyaris terbunuh pada 30 Agustus 1918 silam saat menghadiri sebuah acara di Moscow.
Setelah menyampaikan pidato di sebuah pabrik di Moskow, Vladimir Lenin ditembak sebanyak dua kali oleh Fanya Kaplan, anggota Partai Sosial Revolusioner. Lenin menderita luka serius tapi selamat dalam serangan tersebut.
Upaya pembunuhan atas pemimpin Soviet itu langsung mengundang gelombang pembalasan dari pendukung Bolshevik terhadap Partai Sosial Revolusioner dan lawan politik lainnya. Dikutip dari History.com, ribuan orang dieksekusi dan membuat Soviet jatuh dalam perang saudara.
Lahir dengan nama Vladimir Ilich Ulyanov pada tahun 1870, Lenin mulai tertarik pada perjuangan revolusioner setelah saudaranya dieksekusi pada tahun 1887 karena berencana untuk membunuh Tsar Alexander III.
Baca Juga: Daftar 5 negara termiskin di dunia tahun 2020, semua ada di benua Afrika
Di masa mudanya Lenin menekuni studi hukum dan memulai praktek di Petrograd. Di situlah ia mulai dekat dengan pemikiran Marxis yang revolusioner.
Pada tahun 1895, Lenin muda mulai mengorganisir kelompok-kelompok Marxis di ibu kota ke dalam Union for the Struggle for the Liberation of the Working Class, dengan tujuan untuk merangkul kaum pekerja.
Akhir tahun 1895, Lenin dan para pemimpin kelompok lainnya ditangkap. Lenin langsung dijebloskan ke dalam penjara selama setahun sebelum akhirnya diasingkan ke Siberia selama tiga tahun.
Setelah bebas, Lenin meneruksan aktivitas revolusionernya ke Eropa Barat. Pada tahun 1902 ia menyebarkan pamflet berjudul "What Is to Be Done?" yang menyatakan bahwa hanya partai revolusioner profesional yang bisa membawa sosialisme ke Rusia.
Setelah pecahnya Revolusi Soviet tahun 1905, Lenin kembali ke Rusia. Revolusi tersebut ditandai dengan maraknya pemogokan kerja yang menyebabkan terhambatnya industri. Aksi baru berhenti saat Nikolay II menjanjikan reformasi, termasuk penerapan konstitusi Rusia dan pembentukan badan legislatif.
Baca Juga: Hari ini dalam sejarah: Rusia uji rudal balistik antarbenua untuk pertama kalinya
Lenin juga menentang Perang Dunia I yang dimulai pada tahun 1914. Baginya Perang Dunia I merupakan konflik imperialistik dan meminta para tentara untuk mengarahkan senjata mereka kepada para pemimpin kapiltalis yang mengirim mereka ke medan pertempuran.
Bagi Rusia, Perang Dunia I merupakan bencana besar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Korban jiwa dari Rusia merupakan yang terbanyak di antara negara-negara lainnya.
Kerusuhan bahkan sempat terjadi di Petrograd pada bulan Maret 1917 karena kelangkaan makanan. Hal ini disebabkan oleh terpuruknya ekonomi Rusia yang terlalu memberatkan pada belanja militer.
Sejak saat itu serangkaian aksi revolusi terus terjadi di berbagai wilayah Kerajaan Rusia. Vladimir menjadi sosok kunci dalam mobilisasi masa berkat pemikirannya yang kritis dan memang sesuai dengan kondisi negara saat itu.
Baca Juga: 10 Negara tertua di dunia, salah satunya juga merupakan negara terkecil
Pada bulan Oktober 1917, Lenin diam-diam kembali ke Petrograd, dan pada 7 November Red Guard pimpinan Bolshevik menggulingkan pemerintahan sementara dan memproklamasikan pemerintahan baru Rusia di bawah kepemimpinan Vladimir Lenin.
Lenin menjadi diktator dari negara berpaham Marxis pertama di dunia. Pemerintahannya mampu berdamai dengan Jerman, menasionalisasi industri, dan mendistribusikan lahan-lahan ke penduduk secara luas.
Pada tahun 1920, kekuasaan para Tsar resmi dijatuhkan, dan pada 1922 Union of Soviet Socialist Republics (USSR) resmi didirikan.
Lenin meninggal dunia pada tahun 1924, jasadnya diawetkan dan sampai saat ini masih tersimpan di Lenin Mausoleum, Moskow.
Baca Juga: Hari ini dalam sejarah: China menyatakan perang terhadap Jerman