Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
Negara-negara Barat berusaha memastikan aliran minyak ke negara lain yang tidak terlibat Perang Irak-Iran tetap lancar.
Akibat Perang Tanker, ekonomi kedua negara merosot tajam. Hancurnya sejumlah instalasi penting juga membuat produksi dalam negeri terhenti.
Penurunan pendapatan dan anjloknya nilai mata uang membuat program pembangunan ekonomi Irak dan Iran hampir terhenti.
Dalam peran ini, Irak secara terbuka mendapat dukungan dana dari Arab Saudi dan Kuwait, serta beberapa negara tetangga lainnya. Belakangan diketahui, Irak juga mendapat dukungan dari AS dan Uni Soviet.
Baca Juga: Hari ini dalam sejarah: Uji coba ledakan nuklir bawah tanah pertama kali dilakukan
Sementara sekutu Iran saat itu adalah Suriah dan Libya, yang masih mengalami berbagai gejolak keamanan di dalam negeri.
Reputasi Irak yang sedang berusaha berdamai runtuh setelah laporan yang menyebutkan negara itu menggunakan senjata kimia beredar.
Irak diduga menggunakan senjata kimia untuk melumpuhkan pasukan Iran dan warga sipil dari suku Kurdi di Irak yang dianggap membela Iran.
Serangan senjata kimia ini diduga terjadi pada Maret 1988 di sekitar desa warga Kurdi, Halabjah, menewaskan sebanyak 5.000 warga sipil.
Kebuntuan mulai terjadi sejak pertengahan tahun 1980-an. Pada Agustus 1988 kedua negara sepakat melakukan gencatan senjata melalui mediasi PBB.
Baca Juga: Bukan AS, kapal selam terbesar di dunia ada di tangan Rusia