kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hari ini dalam sejarah: Perang Irak-Iran pecah, jadi perang terlama di era modern


Selasa, 22 September 2020 / 13:53 WIB
Hari ini dalam sejarah: Perang Irak-Iran pecah, jadi perang terlama di era modern
ILUSTRASI. Seorang anggota milisi Basij Iran berjalan melewati sebuah tank Irak yang ditinggalkan di sebuah situs peringatan Perang Irak-Iran, 25 km dari perbatasan Irak, 1.145 km Barat Daya Teheran, di Provinsi Khoozestan, 17 Maret 2009.


Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - Tepat 22 September 1980, Perang Irak-Iran pecah. Perang yang kemudian berlangsung selama 8 tahun ini menjadi perang terlama di era modern.

Perang pecah saat angkatan bersenjata Irak menginvasi wilayah Iran Barat di sepanjang perbatasan kedua negara. Irak mengklaim, perang telah dimulai sejak awal September 1980, saat Iran menembaki pos perbatasan pada 4 September 1980.

Perang Irak-Iran resmi berakhir melalui perjanjian gencatan senjata pada 1988. Dikuitp dari Britannica, normalisasi hubungan diplomatik kedua negara dan penarikan pasukan baru terjadi pasca perjanjian damai ditandatangani 16 Agustus 1990.

Penyebab Perang Irak-Iran

Sebagai negara yang bertetangga, akar permasalahan antara Irak dan Iran terletak pada sengketa perbatasan yang berujung pada sentimen politik kedua belah pihak.

Irak terang-terangan ingin menguasai Khuzestan yang merupakan wilayah kaya minyak di perbatasan Iran. Di bawah instruksi Presiden Saddam Hussein, Irak berusaha merebut kedaulatan daerah tersebut.

Baca Juga: Taiwan bersiaga hadapi serangan jet tempur China, ini persiapannya

Saddam Hussein ingin menegaskan kembali kedaulatan negaranya atas kedua tepi Shatt al-Arab, sungai yang terbentuk dari pertemuan Sungai Tigris dan Efrat. Sungai tersebut menjadi pembatas antara Irak dan Iran.

Saddam juga menyoroti upaya pemerintah Iran yang berusaha memicu bentrokan di antara penduduk Islam Syiah di Irak.

Perang Irak-Iran: Perang Tanker dan penggunaan senjata kimia

Angkatan Udara Irak melancarkan serangan kejutan ke 10 pangkalan udara Iran dengan satu tujuan, menghancurkan Angkatan Udara Republik Islam.

Beberapa pesawat yang Irak gunakan saat itu antara lain jet tempur MiG-23BN, Tu-22, dan Su-20. Semuanya Irak kerahkan pada  22 September 1980.

Baca Juga: Taiwan siap serang balik China jika terus mendapat ancaman

Hari berikutnya, Irak melancarkan invasi darat melalui tiga serangan secara simultan. Irak berhasil menguasai garis depan sepanjang 644 km.

Pasukan Irak merebut Kota Khorramshahr namun gagal menduduki pusat penyulingan minyak penting di Abadan. Pada Desember 1980, serangan Irak mulai melunak setelah berhasil masuk sekitar 80-120 km ke wilayah Iran.

Iran melakukan serangan balik dengan bantuan milisi revolusioner yang mendukung angkatan bersenjata utama Iran. Pada 1981, Iran mulai mendesak Irak untuk menyerah.

Pasukan Iran mulai berhasil mendorong pasukan Irak kembali melintasi Sungai Karun di Iran. Pada 1982, Iran berhasil merebut kembali Kota Khorramshahr.

Akhir 1982, Irak mulai secara sukarela menarik pasukannya dari wilayah Iran yang mereka rebut, dan mulai menjajaki kesepakatan damai.

Baca Juga: Jenderal AS beberkan rencana Pentagon hadapi perang nuklir dengan Rusia & China

Sayangnya, di bawah kepemimpinan Ruhollah Khomeini, yang memiliki dendam pribadi dengan Saddam, Iran tetap gigih melakukan serangan balasan dan berupaya untuk menggulingkan pemimpin Irak tersebut.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Khomenei

Serangan Iran terhadap pertahanan Irak mulai brutal. Pasukan infanteri dari wajib militer yang tidak terlatih langsung diterjunkan ke medan tempur. Britannica mencatat, seringkali pemuda setempat diangkut dari jalanan untuk diterjunkan ke medan Perang Irak-Iran.

Kedua negara terlibat jual-beli serangan udara yang menargetkan sejumlah kota penting dan instalasi militer serta sumber minyak masing-masing negara.

Istilah Perang Tanker (Tanker War) juga muncul dalam rangkaian Perang Irak-Iran. Kedua negara saling menyerang kapal tanker pembawa minyak yang melintas di Teluk Persia.

Serangan Iran ke kapal tanker Kuwait kemudian mendorong Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa Barat untuk menempatkan kapal perang di Teluk Persia.

Baca Juga: Iran: Dunia harus melawan sanksi AS, atau akan mengalami sanksi serupa di masa depan

Negara-negara Barat berusaha memastikan aliran minyak ke negara lain yang tidak terlibat Perang Irak-Iran tetap lancar.

Akibat Perang Tanker, ekonomi kedua negara merosot tajam. Hancurnya sejumlah instalasi penting juga membuat produksi dalam negeri terhenti.

Penurunan pendapatan dan anjloknya nilai mata uang membuat program pembangunan ekonomi Irak dan Iran hampir terhenti.

Dalam peran ini, Irak secara terbuka mendapat dukungan dana dari Arab Saudi dan Kuwait, serta beberapa negara tetangga lainnya. Belakangan diketahui, Irak juga mendapat dukungan dari AS dan Uni Soviet.

Baca Juga: Hari ini dalam sejarah: Uji coba ledakan nuklir bawah tanah pertama kali dilakukan

Sementara sekutu Iran saat itu adalah Suriah dan Libya, yang masih mengalami berbagai gejolak keamanan di dalam negeri.

Reputasi Irak yang sedang berusaha berdamai runtuh setelah laporan yang menyebutkan negara itu menggunakan senjata kimia beredar.

Irak diduga menggunakan senjata kimia untuk melumpuhkan pasukan Iran dan warga sipil dari suku Kurdi di Irak yang dianggap membela Iran.

Serangan senjata kimia ini diduga terjadi pada Maret 1988 di sekitar desa warga Kurdi, Halabjah, menewaskan sebanyak 5.000 warga sipil.

Kebuntuan mulai terjadi sejak pertengahan tahun 1980-an. Pada Agustus 1988 kedua negara sepakat melakukan gencatan senjata melalui mediasi PBB.

Baca Juga: Bukan AS, kapal selam terbesar di dunia ada di tangan Rusia

Korban Perang Irak-Iran

Jumlah korban perang Irak-Iran tidak bisa dicatat nominalnya dengan pasti. Jumlah korban dari kedua belah pihak diperkirakan ada di angka 1 juta-2 juta orang.

Korban tewas dalam Perang Irak-Iran diperkirakan sebanyak 500.000 jiwa. Iran mengklaim menderita kerugian terbesar.

Sebanyak 50.000 sampai 100.000 masyarakat Kurdi juga terbunuh akibat serangan pasukan Irak.

Baca Juga: Melihat kembali ketegangan militer dunia selama satu bulan terakhir

Normalisasi hubungan diplomatik

Pada Agustus 1990, Irak dan Iran memulihkan hubungan diplomatik. Irak menyetujui persyaratan dari Iran untuk menyelesaikan perang delapan tahun tersebut.

Kesepakatan tersebut di antara lain: penarikan pasukan Irak dari wilayah Iran yang diduduki, pembagian kedaulatan atas jalur sungai Shatt al-Arab, dan pertukaran tawanan perang.

Pertukaran tawanan perang terakhir terjadi pada Maret 2003, menutup perang panjang antara Irak dan Iran.

Selanjutnya: Donald Trump bersumpah, AS balas 1.000 kali lebih besar terhadap setiap serangan Iran




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×