kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.396.000   29.000   1,23%
  • USD/IDR 16.748   17,00   0,10%
  • IDX 8.405   16,48   0,20%
  • KOMPAS100 1.164   1,89   0,16%
  • LQ45 847   -0,39   -0,05%
  • ISSI 294   2,28   0,78%
  • IDX30 444   -1,66   -0,37%
  • IDXHIDIV20 510   -3,32   -0,65%
  • IDX80 131   0,26   0,20%
  • IDXV30 138   -0,32   -0,23%
  • IDXQ30 140   -0,67   -0,47%

Heboh Skandal Jeffrey Epstein Seret Trump, Demokrat Dorong Publikasi Dokumen Rahasia


Kamis, 13 November 2025 / 08:01 WIB
Heboh Skandal Jeffrey Epstein Seret Trump, Demokrat Dorong Publikasi Dokumen Rahasia
ILUSTRASI. Partai Demokrat di DPR AS pada Rabu (12/11/2025) merilis sejumlah email yang disebut bisa menimbulkan pertanyaan baru soal hubungan Donald Trump dengan Jeffrey Epstein. REUTERS/Evelyn Hockstein


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Partai Demokrat di DPR AS pada Rabu (12/11/2025) merilis sejumlah email yang disebut bisa menimbulkan pertanyaan baru soal hubungan Donald Trump dengan Jeffrey Epstein, serta sejauh mana Trump mengetahui praktik kejahatan seksual Epstein terhadap anak di bawah umur.

Melansir Reuters, email-email itu mencakup korespondensi antara Epstein dengan penulis Michael Wolff dan sosialita Inggris Ghislaine Maxwell, yang kini menjalani hukuman 20 tahun penjara karena membantu Epstein dalam kasus perdagangan seks. Dalam salah satu email tahun 2019 kepada Wolff, Epstein menulis bahwa Trump “tahu soal para gadis itu,” meski konteks kalimat itu tidak jelas.

Trump membantah keras tudingan tersebut. Ia mengakui bahwa dirinya dan Epstein pernah berteman, tetapi hubungan mereka memburuk sebelum Epstein ditemukan tewas bunuh diri di penjara Manhattan pada 2019.

Rilis dokumen itu bertepatan dengan pelantikan Adelita Grijalva, anggota DPR baru dari Partai Demokrat asal Arizona. Pelantikannya memberi Demokrat cukup suara untuk memaksa DPR menggelar voting agar semua dokumen tidak rahasia terkait Epstein dipublikasikan—sesuatu yang sebelumnya ditolak oleh Trump dan Ketua DPR Mike Johnson.

Grijalva mengatakan, “Sudah waktunya Kongres mengembalikan fungsinya sebagai pengawas terhadap pemerintah.” Johnson menegaskan voting akan digelar minggu depan.

Baca Juga: Trump Mengundang CEO JPMorgan dan Wall Street pada Jamuan Makan Malam di Gedung Putih

Email dan Dokumen yang Disebut Menyeret Nama Trump

Dalam salah satu email 2011, Epstein menyebut Trump sebagai “anjing yang belum menggonggong,” dan mengklaim Trump pernah “berjam-jam di rumah saya” bersama salah satu korbannya (namanya disensor).

Beberapa jam kemudian, pihak Republik juga merilis 20.000 dokumen terkait Epstein. Nama Trump muncul berulang kali, meski sebagian besar dalam konteks politik atau isu perilaku pribadi. Dalam satu percakapan, Epstein menyebut punya pacar berusia 20 tahun yang “diberikannya kepada Donald” pada 1993, serta foto “Donald dan para gadis berbikini di dapur saya,” meski belum jelas apakah pernyataan itu serius atau bercanda.

Trump bereaksi cepat di platform Truth Social, menulis bahwa “Partai Demokrat mencoba menghidupkan lagi hoaks Jeffrey Epstein” untuk mengalihkan isu dari “kegagalan mereka dalam menghadapi ancaman penutupan pemerintahan dan banyak hal lainnya.”

Baca Juga: Gedung Putih: Presiden Trump Tetap Bugar, Hasil Cek Medis Baik

Respons Gedung Putih

Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menuding Demokrat sengaja menyensor nama korban karena yang dimaksud adalah Virginia Giuffre—korban Epstein yang meninggal bunuh diri pada April lalu. Giuffre, dalam memoarnya, memang menyebut Trump sebagai sosok yang ramah, namun tidak pernah menuduhnya melakukan pelecehan.

“Email-email ini tidak membuktikan apa pun kecuali bahwa Presiden Trump tidak bersalah,” kata Leavitt.

Kasus Epstein sudah lama menjadi beban politik bagi Trump. Banyak pendukungnya menuduh pemerintah menutup-nutupi hubungan Epstein dengan tokoh elit, termasuk pejabat tinggi dan pebisnis besar. 

Survei Reuters/Ipsos pada Oktober menunjukkan hanya 4 dari 10 pendukung Republik yang puas dengan cara Trump menangani isu ini—jauh di bawah 9 dari 10 yang umumnya mendukung kinerjanya di Gedung Putih.

Tonton: Saling Serang Mamdani dan Trump usai Menang Pemilihan Wali Kota New York

Sementara itu, Trump dan beberapa pejabat pemerintahan disebut telah menghubungi dua anggota DPR Republik, Lauren Boebert dan Nancy Mace, agar mencabut tanda tangan mereka dari petisi yang menuntut keterbukaan penuh atas dokumen Epstein.

Boebert menegaskan tidak ada tekanan dalam pertemuannya dengan pejabat Gedung Putih dan menyatakan tetap mendukung petisi tersebut. 

Sedangkan juru bicara Mace, Sydney Long, mengatakan Mace—yang pernah menjadi korban kekerasan seksual—tidak akan menarik dukungannya “karena pengalaman pribadinya sendiri.”

Kesimpulan:

Rilis email baru dalam kasus Jeffrey Epstein kembali menyeret nama Donald Trump dan memicu perdebatan politik panas di Kongres AS. Partai Demokrat menilai dokumen tersebut menambah indikasi bahwa Trump mengetahui praktik kejahatan Epstein, sementara pihak Gedung Putih menegaskan tidak ada bukti pelanggaran. Pelantikan anggota baru Demokrat memberi momentum untuk mendorong pembukaan seluruh arsip Epstein, yang selama ini ditentang kubu Trump. Isu ini bukan hanya soal moralitas, tapi juga tentang transparansi pemerintah dan politik kekuasaan di Washington.

Selanjutnya: Setelah Melonjak Tinggi Saham BEEF Masih Kuat naik, Sejumlah Aksi Korporasi Digadang

Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Keuangan dan Karier Hari Kamis 13 November 2025: Siapa Mendominasi?




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×